CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap bulan Desember, begitu kado-kado dan pohon Natal muncul, sosok berjas merah, berjanggut putih yaitu Santa Claus, serasa sudah jadi “wajib”. Tapi bagaimana bisa, figur seperti Santa bisa melekat erat dengan perayaan Natal? Yuk, simak kisahnya dari masa ke masa.
Awal dari Seorang Suci: Santo Nikolas dari Myra
Santa Claus punya akar dari figur nyata yaitu, Santo Nikolas, seorang uskup dari Myra (sekarang di Turki) pada abad ke-4. Ia dikenal sebagai sosok yang dermawan dan suka memberi hadiah secara rahasia kepada anak-anak serta membantu orang miskin.
Di Eropa, terutama Belanda, tradisi merayakan hari Santo Nikolas menjadi populer, di mana anak-anak mendapatkan hadiah dari “Sinterklaas” (nama lokal Santo Nikolas).
Intinya, adanya akar kebaikan, kemurahan hati, dan keinginan berbagi. Ketiga nilai tersebut selaras dengan semangat Natal.
Dari Eropa ke Amerika, dan Transformasi Nama & Tradisi
Ketika orang Belanda berimigrasi ke Amerika (New Amsterdam, yang kini jadi New York), mereka membawa tradisi “Sinterklaas”. Di sana, nama itu berubah menjadi “Santa Claus”.
Sejak akhir 1700-an sampai awal 1800-an, beberapa publikasi dan cerita memperkenalkan Santa ke budaya populer Amerika. Salah satunya adalah buku karya Washington Irving yang menampilkan hal tersebut.
Dengan demikian, figur peduli dan murah hati dari Eropa bergeser ke ruang budaya baru di Amerika, sambil mempertahankan ide pemberian hadiah.
Bagaimana Bentuk “Santa Modern” Tercipta?
Representasi modern Santa sebagai pria berbadan tambun, berjanggut putih, berbaju merah, naik kereta salju ditarik rusa, banyak dipengaruhi oleh puisi tahun 1823 berjudul A Visit from St. Nicholas (alias “’Twas the Night Before Christmas”). Puisi ini menetapkan elemen-elemen seperti kereta, rusa, dan kedatangan pada malam Natal.
Lalu di awal abad ke-20, ilustrasi-iklan populer dari Coca-Cola (oleh ilustrator Haddon Sundblom) membantu “mematenkan” penampilan Santa yang kita kenal sekarang, selalu hadir dengan jubah merah-putih, perut buncit, pipi merona karena dingin.
Jadi, wajah Santa hari ini bukan hanya hasil tradisi religius, tapi hasil kombinasi legenda, literatur, hingga budaya pop dan komersial.
Lalu, Kenapa Santa Jadi Ikon Natal?
Nilai memberi sesuatu, entah itu hadiah, kebaikan, dan kejutan dari Santo Nikolas sangat resonan dengan semangat Natal yaitu kasih, berbagi, serta kebahagiaan. Inilah alasan utama mengapa Santa cocok sebagai simbol modern Natal.
Seiring globalisasi dan budaya populer, citra Santa menyebar ke banyak negara, bahkan di tempat di mana tradisi Natal tidak seawal Eropa. Dengan kemasan universal: hadiah, keajaiban, harapan membuat Santa jadi wajah universal yang diterima luas.
Sebaiknya Kita Ingat Makna Awalnya
Secara historis, Natal adalah hari memperingati kelahiran Yesus; sedangkan Santa awalnya adalah sosok religius lain, Santo Nikolas. Jadi, Santa bukan bagian asli dari Natal di masa awal. Tetapi, bagi sebagian orang, popularitas Santa dan unsur komersial di sekitarnya bisa jadi menutupi makna religius dan spiritual dari Natal.
Santa Claus eksis hari ini bukan hanya karena dongeng, ia adalah hasil perjalanan panjang: dari seorang uskup saleh di abad ke-4, melalui tradisi rakyat Eropa (Sinterklaas), adaptasi di Amerika, literatur, hingga sentuhan budaya pop & komersial modern.
Mungkin bagi sebagian orang, Santa Claus hanyalah “pria ceria berbaju merah dengan hadiah”. Tapi tahu sejarahnya membuat perayaan Natal terasa lebih kaya, penuh lapisan makna: kebaikan, tradisi, iman, hingga kebahagiaan universal
Pilihan Editor: Cemas Menjelang Open House Natal dan Tahun Baru? Ini Solusi dari Pakar
HISTORY | ENGLISH HERITAGE | BRITANNICA
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.





































