TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli neurologi mengungkapkan bahwa musik memiliki kekuatan terapi yang luar biasa bagi otak, khususnya dalam menghadapi penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Temuan ini salah satunya didasari oleh pengalaman musisi legendaris Glen Campbell, yang tetap mampu bermain gitar dan menyanyikan lagu-lagu hits miliknya meski sudah mengidap Alzheimer.
Rhonda Winegar, seorang praktisi perawat di bidang neurologi sekaligus asisten profesor di University of Texas at Arlington, tertarik meneliti fenomena ini setelah menyaksikan Campbell tampil dalam tur terakhirnya. Meskipun Campbell mengalami penurunan daya ingat hingga tak mengenali orang-orang terdekatnya, kemampuan bermusiknya tetap utuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dia terus berjalan menjauh, dan mereka harus mendorongnya kembali ke panggung,” ujar Winegar dikutip dari laporan Earth.com, Sabtu, 19 April 2025. “Namun dia tetap bisa memainkan semua akor sulit itu dan mengingat lirik lagu-lagunya.”
Penelitian Winegar bersama rekan penulis Dustin Hixenbaugh yang diterbitkan dalam The Journal for Nurse Practitioners menunjukkan bahwa musik dapat memperlambat proses neurodegenerasi. Musik juga membantu pasien yang mengalami gangguan memori untuk mengelola kecemasan dan mengekspresikan emosi, terutama melalui nyanyian.
“Musik memperlambat degenerasi saraf pada kondisi seperti Alzheimer,” ucap Winegar. “Terkadang, pasien dengan masalah memori merasa cemas dan kesal, yang bisa mulai mempengaruhi kemampuan bicara dan komunikasi mereka. Tapi jika mereka bisa bernyanyi, mereka bisa mengekspresikan perasaan, yang membantu mengurangi kecemasan, stres, dan depresi.”
Dukungan terhadap temuan ini juga datang dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh Turku PET Center di Finlandia. Studi yang diterbitkan dalam European Journal of Nuclear Medicine ini menemukan bahwa mendengarkan musik favorit dapat mengaktifkan sistem opioid dalam otak—sistem yang juga bertanggung jawab atas perasaan senang, ikatan sosial, hingga pereda nyeri.
“Hasil ini menunjukkan untuk pertama kalinya secara langsung bahwa mendengarkan musik mengaktifkan sistem opioid di otak,” ujar Vesa Putkinen dari University of Turku. Dia menyebut, pelepasan opioid itu yang menjelaskan mengapa musik bisa menghasilkan perasaan senang yang begitu kuat.
Menggunakan teknologi PET dan fMRI, para peneliti mengukur pelepasan opioid alami dalam otak saat partisipan mendengarkan musik yang sangat mereka sukai. Semakin banyak reseptor opioid dalam tubuh seseorang, semakin kuat pula respons otaknya terhadap musik.
Profesor Lauri Nummenmaa dari University of Turku menambahkan bahwa efek pereda nyeri dari musik kemungkinan besar berkaitan dengan respons opioid ini. “Sistem opioid di otak juga terlibat dalam pereda nyeri. Berdasarkan temuan kami, efek pereda nyeri dari musik yang selama ini diamati kemungkinan besar disebabkan oleh respons opioid yang dipicu oleh musik di otak,” ujarnya.
Winegar menjelaskan bahwa manfaat terapi musik bisa diterapkan secara aktif—seperti dengan menyanyi atau bermain alat musik—maupun secara pasif dengan hanya mendengarkan. Terapi musik aktif dapat membantu penyintas stroke memulihkan kemampuan bicara, sementara pasien Parkinson dapat terbantu dalam hal ritme berjalan dan koordinasi gerak. Musik juga terbukti menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan aktivitas kejang.
“Dalam neurologi, musik telah terbukti mengurangi aktivitas kejang dengan menenangkan impuls listrik abnormal di otak,” kata Winegar. “Penelitian juga menunjukkan bahwa musik bisa mengatur detak jantung dan tekanan darah dengan mengurangi stimulasi berlebih pada sistem saraf.”
Winegar menekankan bahwa genre musik bukanlah faktor utama dalam efektivitas terapi. Dalam penelitiannya, ia menggunakan musik country sebagai fokus karena genre ini sering menceritakan kisah perjuangan hidup yang bisa menjadi bentuk dukungan emosional bagi pendengarnya.
“Hal paling penting yang bisa diambil dari penelitian ini adalah bahwa musik selalu ada untuk kita. Tidak perlu biaya untuk menyalakan radio, dan musik bisa menemani kita di masa-masa sulit, entah saat merasa cemas, depresi, atau kesakitan. Musik bisa memotivasi, membantu kita berolahraga, atau memberikan kenyamanan.”