
Oleh : Wakil Sekretaris Jenderal PBNU 2022-2027, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur 2007-2018
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— "Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Yasin: 21).
Saya bersaksi, sejak pemerintah memberikan prioritas Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) untuk ormas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2024, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar justru lebih sering menggunakan layanan taksi online saat melakukan perjalanan ke Jakarta. Demikian juga saat beliau pulang kembali ke Surabaya.
Uniknya, Kiai Miftah –begitu panggilan akrabnya- seringkali memesan layanan tersebut dari gawai pribadi. Tanpa bantuan putra atau putri yang mendampingi, apalagi staf/asisten pribadi.
Mereka yang dapat mengakses rekaman CCTV Bandara Juanda, Cengkareng maupun Halim Perdanakusuma, pasti dapat membuktikan kesaksian ini.
Kamis (25/9/2025), misalnya, penulis dan Kang Nufus (staf Syuriyah PBNU) secara tidak sengaja berada dalam satu penerbangan dengan Kiai Miftah.
Penerbangan dari Halim Perdanakusuma menuju Juanda berjalan normal tanpa kendala. Saat tiba di Juanda, sebagai santri, kami berjalan kaki beriringan di belakang beliau menuju pintu keluar.
Sambil berjalan mendekati pintu keluar, beliau memperhatikan dengan seksama tampilan layar gawai berwarna hijau yang ada di tangan kanannya.
Penulis yang penasaran pun berusaha mendekat dan berjalan sejajar di samping beliau, sambil memberanikan diri bertanya, “Pesan taksi online, Yai?” Sambil tersenyum, beliau menjawab, “Nggih. Kersane cepet. Soale lare-lare pas jame mucal (Ya. Biar cepat. Soalnya anak-anak pas jamnya mengajar)”.
Sambil menepuk dahi, penulis menoleh ke arah Kang Nufus yang berjalan di belakang dan berkata pelan, “Untung kita tadi nggak jadi sewa mobil. Malu kita sama Rais Aam, Bro!”
Hampir setahun sebelumnya, Ahad (6/10/2024) pagi, bersamaan jadwal Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU, Kang Nufus terlihat galau.
Pasalnya, sampai pagi hari, dia tidak mendapatkan informasi penerbangan yang dipakai Sang Kiai. Sebab, Kiai Miftah memang memesan tiket sendiri, tidak melalui dia. Alasan Kiai Miftah sederhana, tidak ingin ngrepoti.
Tepat pukul 10.35 WIB, seorang teman mengirimkan foto Kiai Miftah sedang berada di salah satu smoking area Bandara Juanda, dengan keterangan “Delay 1 Jam”. Teman tersebut kebetulan berada dalam satu penerbangan dengan Kiai Miftah.

2 hours ago
1












































