Harga CPO Indonesia Bisa Merosot Imbas Perang India-Pakistan

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memastikan perang antara India dan Pakistan belum berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

“Belum dirasakan sekali dampaknya, tetapi kalau berlangsung lama pasti akan berdampak karena India sebagai importir terbesar kedua minyak sawit Indonesia,” kata Eddy saat dihubungi, Sabtu, 10 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eddy mengatakan, ekspor tahunan minyak sawit mentah RI ke India adalah sebanyak 5 juta ton sedangkan ke Pakistan sebanyak 3 juta ton. Jika konflik kedua negara itu berlangsung alot, kata Eddy, tidak menutup kemungkinan permintaan impor CPO dari Indonesia akan menurun. “Akan berpengaruh ke stok kita, stok kita naik pasti akan menekan harga,” ujar Eddy.

Eddy mengatakan harga CPO saat ini masih berada pada tarif yang cukup tinggi yakni sekitar US$ 1.000 per 1 ton. “Pakistan 90 persen untuk minyak sawit, untuk India 5 juta itu besar untuk ekspor, artinya kita berharap segera selesai,” tutur dia.

Menurut Eddy, konflik itu tidak hanya berimbas pada potensi penurunan harga CPO di pasar dunia. Turunan produk nabati lainnya seperti minyak bunga matahari dan minyak kedelai juga berpotensi mengalami penurunan harga.

Meskipun Indonesia dibayang-bayangi potensi penurunan ekspor CPO di Pakistan dan India, Eddy optimistis jumlah permintaan tidak akan merosot jauh. “Bukan berarti turun langsung 5 juta hilang, rasanya tidak seperti itu.”

Eddy mengatakan neraca perdagangan Indonesia dan India juga Pakistan masih surplus. Adapun neraca perdagangan Indonesia dengan India pada 2024 lalu surplus sebesar US$ 14,67 miliar. Sementara neraca perdagangan Indonesia dengan Pakistan sebesar US$ 2,9 miliar pada tahun yang sama. “Ke India positif, Pakistan juga, jadi ini kan pasar yang bagus untuk Indonesia, artinya ini pasar yang potensial,” ujar dia.

India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Serangan ini mengakibatkan sejumlah ledakan yang terdengar di berbagai daerah, termasuk Kota Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli di wilayah yang disengketakan.

Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, juru bicara militer Pakistan, mengonfirmasi kepada Aljazeera bahwa rudal-rudal India menghantam empat lokasi di Punjab dan dua lokasi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Serangan itu terjadi sekitar pukul 01.00 waktu setempat pada Rabu.

Konflik antara India dan Pakistan ini dimulai setelah terjadinya serangan di Lembah Baisaran, Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India pada 22 April 2025. Dalam serangan itu, sekelompok pria bersenjata membunuh 26 orang, termasuk 25 wisatawan dan satu penunggang kuda lokal, setelah memisahkan mereka dari perempuan.

India menuding Pakistan mendukung, mempersenjatai, dan melatih kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap menjadi sumber kerusuhan di daerah tersebut. Di sisi lain, Pakistan menegaskan bahwa mereka hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik untuk gerakan pemisahan diri di Kashmir.

Setelah serangan bulan lalu, India menuding kelompok bernama The Resistance Front (TRF) sebagai pelaku, dengan klaim bahwa kelompok itu mendapatkan dukungan dan perlindungan dari Pakistan.

Pakistan, meskipun mengutuk serangan tersebut, membantah keras keterlibatannya dan meminta penyelidikan yang "transparan, kredibel, dan tidak memihak" atas insiden tersebut.

India, yang sebelumnya juga menyerang Pakistan pada 2016 dan 2019 setelah serangan terhadap pasukannya, mengumumkan akan membalas. Perdana Menteri Narendra Modi menyatakan bahwa India akan mengejar para pelaku serangan di Kashmir "hingga ke ujung dunia”.

Namun, lebih dari dua pekan setelah kejadian, pasukan India masih melakukan pencarian di hutan-hutan Kashmir untuk menemukan pelaku serangan tersebut, meskipun India sudah melancarkan serangan ke wilayah di seberang perbatasan.

Hubungan antara India dan Pakistan sendiri telah lama diwarnai oleh konflik, permusuhan diplomatik dan ketidakpercayaan yang mendalam, terutama atas Kashmir.

Selama beberapa dekade, para pemberontak bersenjata di Kashmir telah menentang kekuasaan India, dengan banyak warga Muslim Kashmir yang menganjurkan untuk bergabung dengan Pakistan atau mendirikan sebuah negara merdeka.

India menuduh Pakistan mendukung para pemberontak ini, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Islamabad. Konflik ini telah mengakibatkan puluhan ribu kematian di kalangan warga sipil, militan, dan pasukan pemerintah.

Rizki Dewi Ayu berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |