BNPB: Semburan Lumpur Panas di Mandailing Natal Bertambah Menjadi 15 Titik

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 15 titik semburan lumpur panas di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Titik semburan tersebut tersebar di lima area yang berada di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Panyabungan Selatan.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, meluasnya semburan lumpur panas diketahui sejak Jumat, 25 April 2025. “Beberapa titik semburan berada di atas lahan masyarakat sekitar dan menimbulkan bau belerang,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain lumpur, semburan tersebut mengeluarkan gas dan air. Menurut warga setempat, semburan itu memang sudah ada sejak lama, tetapi tidak sebanyak saat ini. Titik semburan bertambah sejak 2018 dan semakin masif dalam beberapa bulan terakhir.

Abdul menjelaskan, semburan itu telah menyebabkan kerusakan lahan dan matinya perkebunan karet milik masyarakat seluas sekitar lima hektare. Ketika hujan turun, lumpur yang timbul dari semburan juga mencemari sungai sehingga aiar sungai tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Usai adanya laporan semburan lumpur, Bupati Kabupaten Mandailing Natal Saipullah Nasution, beserta Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mandailing Natal telah mendatangi lokasi untuk meninjau pada Minggu, 27 April 2025. Tim dari Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga telah mengambil sampel untuk diuji di laboratorium di Jakarta.

Abdul menyampaikan, tim yang turun ke lapangan mengatakan semburan lumpur panas itu tidak mengandung gas beracun H2S atau hidrogen sulfida. “Hingga kini, penyebab munculnya semburan lumpur panas tersebut masih dalam penyelidikan,” tuturnya.

Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution mengatakan, pemerintah provinsi masih melihat perkembangan penelusuran semburan lumpur tersebut. Belum dipastikan penyebab semburan, termasuk apakah karena pengaruh aktivitas industri dekat lokasi atau bukan. “Kami masih lihat, saya masih cari datanya,” tutur Bobby, dikutip dari Antara.

Bukan Semburan Lumpur Pertama

Berdasarkan keterangan yang diberikan kelompok Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam pada 26 April lalu, semburan lumpur panas berjarak kurang dari satu kilometer dari wellpad E milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP), korporasi yang menguasai wilayah kerja panas bumi seluas 62.900 hektare, mencakup 138 desa di 10 kecamatan, di Mandailing Natal.

Semburan lumpur panas diawali oleh rekahan-rekahan kecil di permukaan tanah yang mengeluarkan asap sejak 2021, atau empat tahun setelah pengeboran dilakukan oleh SMGP. "Meski warga telah berulang kali melaporkan kemunculan rekahan tersebut kepada perusahaan, laporan-laporan itu tampak diabaikan," bunyi keterangan Jatam.

Catatan Jatam menyebutkan, semburan lumpur panas di lokasi penambangan panas bumi SMGP pernah terjadi pada 24 April 2022. Ketika itu, semburan lumpur panas setinggi lebih dari 30 meter, disertai bau gas menyengat, "Menyebabkan 21 warga dan seorang bayi berusia enam bulan terpapar gas beracun dan harus dilarikan ke RSUD Panyabungan, Mandailing Natal."

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |