Wamensos Bacakan Puisi dan Pantun di Peringatan Hari Lahir Pancasila

1 day ago 8

INFO NASIONALPancasila bukan sekadar sila

Ia suara hati dan suara jiwa

dari Sentra Darussa'adah Aceh hingga Balai Kemensos yang ada di Papua

Ia hidup dalam tekad bersama

Pancasila hidup dalam keringat petani, nelayan, pemulung, tukang tambal ban, dan calon-calon siswa Sekolah Rakyat

Kami lihat Pancasila di tangan-tangan pendamping sosial yang menyapa

Kami lihat Pancasila di dapur-dapur Tagana yang menanak harapan dari bantuan yang tiba

Kami lihat Pancasila di langkah letih pendamping PKH yang tak pernah mengeluh

Kami juga melihat Pancasila di mata ibu penulung yang berkata lirih: Terima kasih negara telah peduli pada kami

Pancasila bukan sekadar lima sila di kertas kerja

Tetapi Pancasila adalah lima cahaya yang membelah gelapnya luka

Ia tumbuh dalam gerimis Sekolah Rakyat yang tak gentar mengajak anak negeri menatap masa depan yang lebih mandiri

Pancasila bukan sekadar lambang

Ia adalah tangan yang menghapus air mata, jembatan dari luka ke cita-cita

Pancasila adalah kita untuk selalu menjaga sesama

Memastikan tak ada warga yang bertinggal, tak ada kemiskinan yang dibiarkan kekal

Puisi berjudul “Pancasila di Tangan yang Bekerja” itu berhasil dibacakan dengan apik oleh Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono. Puisi itu dibacakan dalam Upacara Hari Lahir Pancasila di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Senin, 2 Juni 2025.  

Dalam peringatan itu, Agus mengingatkan kembali Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa, yang mengamanatkan untuk mencapai kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, menurut dia tidak boleh ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dalam pembangunan. Tugas ini menjadi tanggung jawab bersama.

"Kita masih punya tugas berat, menurunkan kemiskinan, menghapus ketimpangan, menyediakan jaring pengaman sosial yang kuat dan bermanfaat," kata Wamensos Agus Jabo Priyono.

Tugas di atas, lanjut dia, harus diselesaikan dengan bekerja dan bukan sekadar berbicara. Tugas itu hanya dapat diselesaikan dengan kolaborasi dan keberpihakan, bukan sekadar koordinasi dan peraturan. "Mari kita jadikan peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya untuk mengingat tapi untuk bergerak lebih cepat dan luas," kata dia.

Menurut Agus, Pancasila lahir pada 1 Juni 1945 dari rahim perdebatan, penderitaan, dan cinta mendalam kepada Indonesia. Pancasila lahir saat rakyat masih tertinggal dan kemiskinan menjadi bagian dari sistem yang menindas. "Pancasila lahir sebagai jalan tengah yang bijaksana," kata dia.

Pancasila, lanjut dia, tidak hanya mempersatukan perbedaan, tapi juga menjanjikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meski begitu, kemiskinan masih ada usai 79 tahun kemerdekaan. "Keterbatasan masih menjadi wajah sebagian rakyat kita, di sinilah Kemensos selalu ada," kata dia.  

Kemensos bukan sekadar pelengkap administrasi, tapi sebagai bagian ke depan perjuangan kemanusiaan. Melalui Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN), ia yakin bantuan sosial akan lebih adil dan tepat sasaran. Sekolah rakyat yang menjadi program prioritas juga akan memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi.

"Kemensos ada lewat sekolah-sekolah yang memberi harapan baru bagi anak-anak luarga miskin ekstrem yang selama ini hanya bisa melihat sekolah dari jauh," ujarnya.

Agus Jabo melanjutkan anak-anak dari keluarga miskin kini bisa segera masuk asrama dan belajar dengan layak di Sekolah Rakyat. Lalu, mereka juga bisa mengejar masa depan. "Kami ingin menyampaikan rasa bangga dan hormat kami kepada seluruh ASN serta para pegawai Kemensos yang bekerja dalam diam, namun penuh arti," kata dia.

Dia pun mengapresiasi para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang menempuh jalan berlumpur dan jembatan gantung untuk memastikan satu keluarga tidak jatuh lebih dalam ke dalam jurang kemiskinan. Dia juga meyebut Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Karang Taruna, Pelopor Perdamaian (Pordam), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dianggap memberikan harapan dan rasa dipedulikan. "Mereka semua adalah wujud nyata dari Pancasila, yang bekerja, bergerak, dan menyentuh langsung bagi rakyat," katanya.

Agus Jabo kemudian menutup kata sambutannya dengan pantun:

Kirim bansos ke Cikini,

Hujan turun basahi Salemba,

Pancasila bukan hanya hari ini,

Tapi janji kita sepanjang masa

Dirgahayu Pancasila,

Mari kita menangkan Pancasila

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |