TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memproyeksikan bahwa Indonesia akan menggunakan energi dari tenaga nuklir melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN pada 2030.
“Untuk PLTN kita mulai on itu pada 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus mempersiapkan semua regulasi yang terkait dengan PLTN,” ujar Bahlil saat sidang Dewan Energi Nasional (DEN) pada Senin, 21 April 2025.
Menurut Bahlil, proyek PLTN tersebut telah masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2030. RUPTL yang berisikan tentang penggunaan PLTN tersebut juga berisi rencana Cadangan Energi Penyangga atau CPE.
Kapasitas 250-500 Megawatt Energi Nuklir
Bahlil mengatakan jika tahap awal pemanfaatan nuklir belum dilakukan dengan skala besar. Menurutnya, energi nuklir akan dibagi ke dalam beberapa spot dengan kapasitas 250-500 Megawatt (MW).
“Ke depan kita akan buat dalam skala yang lebih bagus,” kata Bahlil dalam rapat bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, pada Senin, 2 Desember 2024.
Bahlil menjelaskan bila langkah persiapan telah dilakukan dengan menyusun rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksana Energi Nuklir atau KP2EN.
“Menyangkut energi nuklir ini salah satu terobosan yang harus kita lakukan. DEN sudah membicarakan hal ini dan kita targetkan 2032 nuklir sudah jalan,” katanya.
Menurut Bahlil, pemanfaatan energi nuklir memiliki peran penting untuk menekan harga listrik sekaligus upaya menuju net zero emission pada 2060. Bahlil mengatakan hingga saat ini sudah ada sosialisasi dan diskusi mengenai peran penting PLTN dalam mendukung net zero emission 2060.
Saat ini, Indonesia memiliki 3 reaktor nuklir yang dikelola oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang terletak di Serpong, Bandung, dan Yogyakarta.
29 Lokasi PLTN Potensial
Sebelumnya, Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional (DEN) Agus Puji Prasetyono mengungkapkan ada 29 lokasi potensial di Indonesia untuk membangun PLTN. Total kapasitas listrik yang mampu dihasilkan dari lokasi-lokasi tersebut diperkirakan mencapai 45 hingga 54 Gigawatt.
"Itu pada daerah-daerah tertentu yang umumnya berada di luar Jawa untuk menumbuhkan ekonomi Indonesia Tengah dan Indonesia Timur," kata Agus saat menghadiri acara Anugerah Dewan Energi Nasional (DEN) 2024 di JCC Senayan, Jakarta, pada Selasa, 10 Desember 2024.
Agus menyebut jika pemerintah sudah menentukan 4 wilayah yang akan menjadi prioritas dengan pertimbangannya adalah dekat dengan kebutuhan energi.
"Dari Sidang Anggota DEN, empat lokasi potensial untuk pembangunan PLTN adalah Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, dan Halmahera di Maluku Utara," katanya.
Berikut 29 lokasi potensial untuk membangun PLTN tersebut.
- Pangkalan Susu - Sumatera Utara
- Tanjung Balai - Sumatera Utara
- Batam - Kepulauan Riau
- Bintan - Kepulauan Riau
- Bangka Barat - Kepulauan Babel
- Bangka Tengah - Kepulauan Babel
- Bangka Selatan - Kepulauan Babel
- Bojanegara - Banten
- Muria - Jawa Tengah
- Gerokgak - Bali
- Sambas - Kalimantan Barat
- Pulau Semesa - Kalimantan Barat
- Pantai Gosong - Kalimantan Barat
- Muara Pawan - Kalimantan Barat
- Pangaran Timur - Kalimantan Barat
- Keramat Jaya - Kalimantan Barat
- Kendawangan - Kalimantan Barat
- Airhitam - Kalimantan Barat
- Kualajelai - Kalimantan Barat
- Sangatta - Kalimantan Timur
- Samboja - Kalimantan Timur
- Babubu Laut - Kalimantan Timur
- Morowali - Sulawesi Tengah
- Muna - Sulawesi Tenggara
- Toari - Sulawesi Tenggara
- Tanjung Kobul - Maluku
- Teluk Bintuni - Papua Barat
- Timika - Papua Tengah
- Merauke - Papua Selatan
Nandito Putra, Hammam Izzuddin, dan M. Rizki Yusrial berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Membedah Payung Hukum Pendirian PLTN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini