Qatar-Mesir Sambut Pembebasan Sandera AS-Israel oleh Hamas

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta -Qatar dan Mesir menyambut baik pengumuman oleh kelompok Palestina Hamas bahwa mereka berencana untuk membebaskan tentara Israel-Amerika Edan Alexander, yang telah ditawan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023.

Pernyataan itu, yang dikeluarkan pada Ahad malam oleh dua negara mediator dan diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Qatar, datang ketika Israel melanjutkan genosida militernya di Jalur Gaza.

Qatar dan Mesir mengatakan seperti dilansir Anadolu, menyambut "perjanjian Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas untuk membebaskan sandera Israel-Amerika Edan Alexander, yang ditahan oleh kelompok itu."

Kedua negara menggambarkan langkah itu sebagai "gerakan niat baik dan langkah yang menggembirakan untuk membawa para pihak kembali ke meja perundingan."

Mereka menambahkan bahwa dimulainya kembali negosiasi yang diharapkan bertujuan untuk mencapai "gencatan senjata di Gaza, pembebasan semua sandera dan tahanan, dan aliran bantuan kemanusiaan yang aman dan tidak terhambat untuk mengatasi kondisi mengerikan di Jalur Gaza."

Hamas mengatakan pada Ahad malam bahwa mereka akan membebaskan Alexander sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sebuah pernyataan, dikatakan bahwa sebagai bagian dari upaya yang dilakukan oleh mediator untuk mencapai gencatan senjata, kelompok itu telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah AS selama beberapa hari terakhir dan bahwa mereka telah menyatakan "tingkat positif yang tinggi."

Alexander, seorang prajurit IDF yang bertugas di unit infanteri elit di perbatasan Gaza, diketahui sebagai sandera AS terakhir yang tersisa di Gaza dan masih hidup.

Pembebasannya, kata pernyataan Hamas, akan menjadi salah satu dari beberapa langkah yang bertujuan untuk memfasilitasi gencatan senjata, membuka kembali penyeberangan perbatasan dan mengizinkan bantuan kemanusiaan dan pasokan bantuan ke Jalur Gaza.

Hamas juga menyatakan kesediaannya untuk memasuki negosiasi segera dan intensif yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata akhir, pertukaran tahanan yang disepakati bersama, dan pembentukan badan profesional independen untuk memerintah Gaza.

Kelompok itu mengatakan bahwa kerangka kerja seperti itu akan membantu memastikan ketenangan dan stabilitas jangka panjang di samping rekonstruksi dan pencabutan blokade Israel.

Israel memperkirakan bahwa 59 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 21 orang yang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.900 warga Palestina dipenjara di Israel, di mana kelompok-kelompok hak asasi manusia melaporkan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis yang meluas, yang mengakibatkan beberapa kematian.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS memberi tahu Israel tentang niat Hamas untuk membebaskan Alexander sebagai isyarat niat baik kepada Washington dan "tanpa syarat atau imbalan apa pun."

Kantor Netanyahu mengatakan langkah tersebut diharapkan akan mengarah pada negosiasi mengenai pembebasan tawanan tambahan berdasarkan proposal awal dari utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang sebelumnya disetujui Israel.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa Israel sedang mempersiapkan kemungkinan pembebasan tersebut akan terjadi.

"Sesuai dengan kebijakan Israel, negosiasi akan berlangsung di bawah tekanan, dengan komitmen penuh untuk mencapai semua tujuan perang," katanya.

Tidak ada komentar langsung dari pejabat AS atau Palestina mengenai pernyataan tersebut. Situs berita Israel Walla mengutip pejabat Israel yang mengatakan bahwa Tel Aviv berkewajiban untuk menerapkan gencatan senjata sementara untuk memastikan pembebasan Alexander.

Harian Israel Hayom melaporkan bahwa gencatan senjata tersebut diperkirakan hanya berlangsung beberapa jam. Dikatakan pula bahwa Israel akan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sebagai bagian dari pengaturan pembebasan Alexander, yang diharapkan akan berlangsung dalam 48 jam ke depan.

Mengutip sumber Israel yang tidak disebutkan namanya, Israel Hayom mengatakan Tel Aviv akan membuka perlintasan perbatasan untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke Gaza sebagai bagian dari proses tersebut, sembari juga menyatakan bahwa tidak ada tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai ganti pembebasan Alexander.

Pembebasan yang diantisipasi tersebut terjadi menjelang tur Trump yang dijadwalkan ke Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab mulai Selasa hingga Jumat. Rencana perjalanan tersebut tidak termasuk kunjungan ke Israel.

Perjalanan tersebut dilakukan di tengah laporan tentang meningkatnya ketegangan antara Trump dan Netanyahu, termasuk laporan bahwa Trump telah memutus komunikasi langsung karena adanya kecurigaan bahwa Netanyahu memanipulasi pemerintahan AS.

Proposal Witkoff pada Maret mencakup pembebasan lima tawanan Israel dengan imbalan gencatan senjata selama 50 hari, pembebasan tahanan Palestina, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan dimulainya negosiasi untuk tahap kedua, menurut media Israel.

Hamas sebelumnya mengatakan pihaknya tidak menolak rencana Witkoff dan menuduh Netanyahu memulai kembali perang untuk menyabotase perjanjian tersebut.

Lebih dari 52.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |