TEMPO.CO, Solo - Aksi unjuk rasa dalam momentum peringatan Hari Buruh atau May Day berlangsung di depan Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 1 Mei 2025.
Berdasarkan pantauan Tempo, massa terdiri atas mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Solo Raya dan aktivis dari berbagai elemen masyarakat. Tampak petugas dari Kepolisian Resor Kota Solo bersiaga dan mengamankan jalannya aksi demonstrasi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya para demonstran dari kalangan mahasiswa mulai berdatangan ke area depan Balai Kota Solo sekitar pukul 16.15 WIB. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan ada beberapa yang membawa spanduk bertuliskan pesan perlawanan. Di antaranya #LawanKapitalis, "Aku Kamu Kita Semua #Buruh", dan "Buruh Sengsara Oligarki Sejahtera".
Dalam orasinya, demonstran menyuarakan perjuangan buruh dan dilakukan secara bergantian oleh sejumlah orator. Salah satu yang menjadi sorotan adalah tentang maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan secara besar-besaran terhadap buruhnya. Hal itu mengakibatkan kesengsaraan buruh lantaran tak lagi memiliki penghasilan yang jelas. Mereka juga mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang tidak pro rakyat.
Sekitar pukul 16.45 WIB, demonstran dari kalangan aktivis beberapa elemen masyarakat menyusul tiba di depan kantor Wali Kota Solo itu. Mereka juga ikut berorasi. Para demonstran juga menggelar aksi teatrikal yang mengisahkan nasib sengsara para buruh di tangan para kapitalis.
Di tengah berlangsungnya unjuk rasa, terlihat beberapa orang membagi-bagikan sayuran kepada warga yang sedang berada di depan Balai Kota Solo. Diketahui mereka ternyata adalah pedagang sayur yang tergabung dalam Paguyuban Tukang Sayur Solo.
Salah seorang anggota paguyuban itu, Ilham mengatakan aksi bagi-bagi sayur gratis itu sebagai bentuk solidaritas terhadap nasib para buruh. Meskipun diakuinya para tukang sayur bukan bagian dari buruh.
"Di situasi ekonomi yang sulit semua merasakan. Saya juga merasakan penurunan penjualan sayur saat ini," ungkapnya.
Hal itu ditambah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil. Menurutnya itu menambah berat beban rakyat.
Salah seorang peserta unjuk rasa, Syaifullah mengatakan aksi tersebut dilakukan atas dasar keresahan yang dirasakan terkait nasib buruh saat ini.
"Aksi ini berangkat dari keresahan yang sama atas nasib para buruh, dan kami merasa pemerintah belum memberikan respons, belum ada perbaikan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi para buruh tersebut," ujar Syaifullah ketika ditemui di sela-sela aksi Kamis sore.
Melalui aksi tersebut, Syaifullah mengatakan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang kondisi di tengah keresahan rakyat kecil atas kondisi perekonomian yang lesu saat ini.
"Kami mengharapkan keadilan yang layak untuk masyarakat, khususnya para buruh agar dapat hidup lebih sejahtera," katanya.