TEMPO.CO, Jakarta - Pakar hukum pidana Universitas Parahyangan, Agustinus Pohan, mengatakan langkah kepolisian menangkap 21 orang pendukung Persikas merupakan tindakan yang tidak perlu dan berlebihan.
Penangkapan terjadi setelah sekumpulan orang membentangkan spanduk bertuliskan “Selamatkan Persikas” pada saat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengisi acara di atas panggung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya kira penangkapan merupakan tindakan yang berlebihan dan tidak perlu," kata Agustinus saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Agustinus mengatakan perlu dipertanyakan hal yang menjadi dasar penangkapan tersebut. Apalagi, ia berpendapat suporter tersebut semata-mata hanya mengibarkan bendera klub sepak bola.
"Apa yang dilakukan saya kira sebatas pelanggaran etika," ujar dia.
Tak hanya berlebihan, Agustinus berujar bahwa tindakan ini juga dapat berujung pada merugikan citra Dedi Mulyadi sendiri.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi tampak meluapkan amarahnya melihat pendukung Persikas tersebut pada acara Abdi Nagri Nganjang Ka Rakyat di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, pada Rabu, 28 Mei 2025.
“Hei berhenti kamu! Duduk. Ini bukan forum Persikas, ini forum saya. Siapa kamu? Turunkan spanduknya. Turunkan! Hei, jangan sok jago di sini kamu, nggak mikir kamu. Ini bukan forum Persikas, ini forum saya dengan rakyat. Minggir kamu. Punya otak kamu?” ujar Dedi seperti yang terekam dalam video yang diunggah di kanal YouTube Humas Jabar.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung Heri Pramono, mengatakan 21 orang tersebut sempat dilepaskan dari Polsek Ciasem. Namun, di siang harinya, suporter Persikas Subang itu kembali dijemput oleh Unit Jatanras Satreskrim Polres Subang tanpa surat penangkapan atau surat panggilan yang patut sesuai hukum.
“Ponsel milik para suporter pun diambil oleh polisi tanpa dasar. Salah satu dari ponsel tersebut bahkan diminta untuk dibuka secara paksa,” ujar Heri.
