Misi Senyap Adam Boehler, Arsitek di Balik Pembebasan Sandera AS di Gaza

2 hours ago 2

SANDERA AS satu-satunya yang masih hidup di Gaza, Edan Alexander, telah dibebaskan dengan selamat. Pembebasannya ini tak lepas dari upaya Adam Boehler, utusan khusus Donald Trump untuk urusan sandera.

Pada Senin, 12 Mei 2025, Boehler berada di Israel, menemani orang tua tentara Israel-Amerika, Edan Alexander, untuk menyambutnya setelah dibebaskan dari tawanan di Gaza. Meskipun tidak lagi menjadi wajah publik dalam negosiasi penyanderaan, Boehler tetap terlibat secara mendalam di balik layar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam komentar singkatnya kepada CNN, Boehler menggambarkan upaya tersebut sebagai "upaya tim yang dipimpin oleh presiden, dengan fokus yang kuat dari presiden sendiri, menteri Rubio, dan Steve Witkoff." Dia menyatakan optimisme tentang sinyal-sinyal yang sedang berlangsung dan menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk membebaskan semua sandera dan memulangkan jenazah warga negara Amerika.

Pejabat Pertama yang Bertemu Langsung dengan Hamas

Namun, upaya Boehler membebaskan para sandera ini tidak selalu mulus. Ia menjadi pusat badai politik pada Maret ketika Axios mengungkapkan bahwa ia telah mengadakan pembicaraan langsung dengan para pejabat Hamas.

Ini menandai pertama kalinya seorang pejabat AS terlibat dengan kelompok yang masuk dalam daftar teroris dengan cara seperti itu. Alih-alih mengutuk Hamas secara langsung, Boehler mengambil pendekatan yang tidak terduga. Ia mengatakan kepada para wartawan, "Saya mengerti mengapa warga Israel marah, tetapi Amerika Serikat bukanlah agen Israel. Kami memiliki kepentingan kami sendiri."

Lebih lanjut ia mengatakan, "Saya bisa bertemu dengan warga Israel dan mengatakan kepada mereka bahwa anggota Hamas tidak memiliki tanduk yang tumbuh di kepala mereka - mereka sebenarnya adalah orang-orang seperti kita, orang-orang yang baik hati."

Reaksi Keras dari Republik

Meskipun diskusi-diskusi ini mendapat persetujuan dari Trump, komentar-komentarnya membuat marah para anggota parlemen pro-Israel dari kedua partai politik di Kongres, yang banyak di antaranya memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok-kelompok lobi pro-Israel, The New Arab melaporkan.

Menghadapi kritik keras, Boehler menarik pencalonannya sebagai utusan khusus presiden untuk urusan penyanderaan, sebuah posisi yang membutuhkan konfirmasi Senat. Namun, peran baru ini hanya bersifat sementara dan tidak memerlukan persetujuan Senat.

Boehler, saat itu, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa ia mungkin akan terlibat langsung dengan Hamas untuk menegosiasikan pembebasan para sandera yang tersisa di Gaza, termasuk warga negara Amerika, Edan Alexander.

Bekerja di Balik Layar

Sejak serangan balasan itu, Boehler telah bekerja secara diam-diam dalam menangani masalah penyanderaan. Dia berhenti secara terbuka menjauhkan kebijakan AS dari sikap Israel dan menghindari menjawab pertanyaan tentang negosiasi yang sedang berlangsung dengan Hamas.

Pernyataan-pernyataan publiknya menjadi lebih diplomatis dan terukur, dengan hanya mendesak Hamas untuk membebaskan para sandera "untuk membantu mengakhiri perang." Bahkan Trump menghindari untuk mengakui keterlibatan Boehler secara terbuka, meskipun Boehler memimpin perundingan terobosan awal antara AS dan Hamas.

Tugas Baru

Namun ternyata, Presiden Donald Trump telah memperluas tanggung jawab penasihatnya, Adam Boehler, dengan menunjuknya sebagai utusan khusus untuk penanganan penyanderaan, menurut pemberitahuan yang dikirim ke Kongres pada 4 April, yang diperoleh Axios.

Dalam posisi yang disempurnakan ini, Boehler akan mengawasi koordinasi di berbagai lembaga pemerintah dalam hal-hal yang berhubungan dengan penyanderaan dan akan melapor langsung ke Presiden Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.

Menurut pemberitahuan resmi, mandat Boehler yang diperluas melibatkan kerja sama dengan semua badan pemerintah terkait untuk memastikan perhatian terfokus pada warga negara AS yang ditahan di luar negeri dalam situasi yang bermasalah. Hal ini mencakup kasus-kasus yang melibatkan masalah kesehatan, alasan kemanusiaan, penahanan yang tidak adil di mana AS dapat memainkan peran yang unik, dan situasi di mana penahanan menimbulkan risiko keamanan nasional.

Boehler akan melayani dalam kapasitas ini sebagai pegawai pemerintah khusus hingga September 2025, dengan kemungkinan perpanjangan.

Latar Belakang dan Karier

Adam Boehler, 51 tahun, lahir di New York dari orang tua Yahudi. Saat kuliah di University of Pennsylvania, ia sekamar dengan Jared Kushner, menantu Donald Trump. Selama masa jabatan pertama Trump, Boehler menjabat sebagai direktur Pusat Inovasi Medicare dan Medicaid di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Dia kemudian memainkan peran penting dalam menengahi perjanjian normalisasi yang dipimpin AS antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, dan sering bepergian dengan Kushner dalam misi negosiasi. Sebagai pengakuan atas kontribusinya, Trump menganugerahi Boehler dengan medali sipil tertinggi dari Departemen Pertahanan selama masa jabatan pertamanya.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |