Tenaga kesehatan menyuntikan vaksin imunisasi kepada anak di RPTRA Flamboyan, Kelurahan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Rabu, (4/6/2025). Epidemiolog menyebut meningkatnya kasus campak ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat kekebalan kelompok yang dipengaruhi oleh cakupan imunisasi di masyarakat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit campak kembali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Merujuk data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ditemukan sebanyak 46 kejadian luar biasa di 42 wilayah di Indonesia.
Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, dr Riris Andono Ahmad, menyebut meningkatnya kasus campak ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat kekebalan kelompok yang dipengaruhi oleh cakupan imunisasi di masyarakat. Menurutnya, populasi yang memiliki level imunisasi yang sesuai dengan cakupannya maka tidak akan mudah terjangkit campak.
"Vaksinasi memiliki dampak langsung terhadap kekebalan tubuh. Jika tingkat imunisasi di suatu populasi berada di bawah ambang batas yang direkomendasikan, maka kekebalan populasinya itu tidak cukup untuk bisa mencegah terjadinya transmisi," kata dr Riris dalam keterangan tertulis, dikutip pada Senin (1/9/2025).
Menurut Riris, tingginya mobilitas penduduk juga memperbesar risiko penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lain. Terlebih jika cakupan imunisasi campak di daerah tersebut masih rendah.
"Kalau tadinya belum ada tapi begitu ada orang datang ke tempat itu dengan campak, terus cakupan imunisasinya tidak cukup baik, ya akan terjadi penyebaran," kata dr Riris.
la menyampaikan, kelompok balita dan anak-anak sebagai kelompok yang paling rentan terdampak. Merujuk pada sisi indikator kesehatan, kematian pada anak-anak memiliki dampak sosial ekonomi yang lebih besar dibandingkan kematian pada orang tua.
"Semakin muda, potensi produktifnya masih besar. Sehingga ketika seorang anak meninggal, kita akan kehilangan potensi produktivitas yang besar," kata dia.
Untuk menanggulangi penyebaran campak, dr Riris mendorong pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi massal yang cepat dan terkoordinasi di wilayah-wilayah terdampak KLB. Selain itu, fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit perlu disiapkan dengan baik agar dapat menangani kasus-kasus campak dan mencegah kematian.
Riris juga mengimbau masyarakat untuk tidak meragukan vaksinasi campak agar buah hati bisa terbebas dari penyakit tersebut. "Masih ada masyarakat yang meragukan vaksin, jadi memang ini PR besar. Pemerintah tentu perlu mencari strategi lebih baik agar penerimaan masyarakat lebih bisa ditingkatkan terkait dengan vaksinasi ini," kata dr Riris.