CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah kamu bahwa saat kamu jatuh cinta, bukan hanya hati yang terlibat, tapi juga otakmu secara harfiah berubah? Ya, perasaan cinta ternyata bukan hanya urusan emosi atau romantisme semata.
Para ilmuwan menemukan bahwa cinta bisa mengaktifkan area tertentu di otak yang berdampak besar pada cara kita berpikir, merasakan, dan bersikap terhadap pasangan. Yuk, simak fakta ilmiahnya!
Cinta dan Otak: Apa yang Terjadi Saat Kamu Jatuh Cinta?
Penelitian yang dilakukan oleh ahli antropologi biologis Dr. Helen Fisher dan ahli saraf Dr. Lucy Brown menemukan bahwa ketika seseorang berada dalam hubungan cinta yang bahagia dan langgeng, ada tiga area utama di otak yang menjadi lebih aktif, yaitu:
Area Empati
Ketika jatuh cinta, otakmu meningkatkan kemampuan untuk berempati. Kamu jadi lebih mudah memahami perasaan pasangan dan lebih peduli terhadap kebutuhannya. Ini bukan hanya sekadar “bucin”, tapi ada dasar neurologis yang membuat kamu lebih terhubung secara emosional.Pengendalian Emosi dan Stres
Aktivitas otak juga meningkat di area yang bertugas mengontrol emosi negatif dan stres. Maka tak heran jika banyak orang merasa lebih tenang dan nyaman saat berada di dekat orang yang mereka cintai. Cinta ternyata memberikan efek penenang alami bagi otakmu.Ilusi Positif
Otak juga mengaktifkan bagian yang bertanggung jawab atas persepsi positif terhadap pasangan. Kamu akan lebih fokus pada kelebihan pasangan dan cenderung mengabaikan kekurangannya. Hal ini membantu memperkuat hubungan karena kamu tidak terus-menerus mengkritik atau mencari-cari kesalahan.
Korteks Prefrontal dan Penurunan Kemampuan Menilai Secara Kritis
Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah turunnya aktivitas di bagian otak yang disebut korteks prefrontal ventromedial, area yang biasanya digunakan untuk menilai atau mengkritisi sesuatu secara logis. Ketika kamu jatuh cinta, area ini menjadi kurang aktif. Hasilnya? Kamu jadi lebih toleran terhadap keburukan pasangan dan tidak terlalu mudah menghakimi.
Ini bukan berarti kamu kehilangan akal sehat, tapi otakmu seperti memutuskan bahwa fokus pada hal-hal positif lebih bermanfaat untuk kelangsungan hubungan.
Ilusi Positif: Rahasia Hubungan Langgeng?
Istilah “ilusi positif” terdengar seperti hal negatif, tapi sebenarnya ini adalah salah satu cara otak menjaga stabilitas emosional dalam hubungan. Kamu jadi lebih sabar, lebih pemaaf, dan lebih fokus pada cinta daripada konflik.
Ilusi positif ini bisa menjadi bahan bakar hubungan jangka panjang karena kamu dan pasangan saling memperkuat sisi baik masing-masing, alih-alih menyoroti kekurangan.
Evolusi dan Fungsi Cinta bagi Kelangsungan Hidup
Menurut para ahli, semua perubahan di otak ini bukanlah kebetulan. Dari sudut pandang evolusi, manusia butuh keterikatan emosional untuk membentuk ikatan jangka panjang demi membesarkan keturunan. Jadi, cinta bukan hanya perasaan manis di drama Korea, itu adalah mekanisme penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Jatuh cinta bukan hanya membuatmu berbunga-bunga, tapi juga benar-benar mengubah cara otak bekerja. Cinta membuatmu lebih empatik, mengurangi stres, dan bahkan menurunkan kecenderungan menilai pasangan secara kritis. Tak heran jika cinta bisa menjadi salah satu kekuatan paling besar dalam hidup kita.
Dengan mengetahui bahwa cinta punya dasar ilmiah yang kuat, kita bisa lebih menghargai hubungan dan memahami bahwa toleransi, empati, dan kepercayaan bukan hanya pilihan emosional, tapi juga proses biologis.
Pilihan Editor: Romantis, Berpelukan Sebelum Tidur Bikin Hubungan Lebih Bahagia
YOURTANGO
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika