REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langit Kota Solo pada bulan Rabiul Akhir tak pernah secerah biasanya, sebab ia ditutupi oleh lautan manusia yang datang dari berbagai penjuru.
Mereka semua memiliki tujuan yang sama: Masjid Ar-Riyadh yang didirikan sekitar tahun 1936, pusat kegiatan keagamaan dan dakwah yang memiliki peran strategis dalam menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Dinamakan "Riyadh" yang berarti taman, masjid ini diharapkan menjadi taman yang menumbuhkan suburnya ilmu agama dan akhlak mulia.
Tempat sujud itu terletak di kawasan Pasar Kliwon, tempat di mana Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dan perayaan Maulid Nabi digelar. Bukan hanya sebuah acara, ini adalah sebuah festival cinta yang telah berlangsung turun-temurun, sebuah tradisi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ribuan, bahkan puluhan ribu orang, tumpah ruah di jalanan, meluapkan kerinduan kepada sosok ulama besar yang menuliskan kitab maulid Simtudduror.
Kisah di balik perayaan ini berakar dari rasa cinta yang mendalam. Juga untuk mengamalkan hadits berikut ini,
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هِشَامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَرُ
Abdullah bin Hisyam menuturkan; kami pernah bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: "ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri." Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar berujar; Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "sekarang (baru benar) wahai Umar." (HR. Bukhari) [No. 6632 Fathul Bari] Shahih.
Semakin membesar
Sejak pertama kali digagas oleh putra Habib Ali, Al Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, acara ini awalnya hanya dihadiri oleh segelintir murid dan kerabat. Namun, dari tahun ke tahun, jumlah jemaah terus bertambah, seiring dengan tersebarnya ajaran dan keteladanan Habib Ali. Di zaman Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi, acara ini semakin membesar dan menarik lebih banyak lagi jemaah dari seluruh Indonesia, bahkan dari mancanegara. Kini, Haul Solo bukan lagi sekadar acara lokal, melainkan magnet yang menarik ribuan hati untuk berkumpul dalam satu tujuan.
Pemandangan menjelang acara adalah potret sebuah peradaban yang bergotong-royong. Di gang-gang sempit sekitar masjid, warga sibuk mempersiapkan logistik. Ribuan nasi bungkus disiapkan, kambing-kambing disembelih, dan tenda-tenda didirikan. Mereka melakukannya dengan penuh keikhlasan, tanpa mengharapkan imbalan. Warga non-Muslim pun turut andil, menunjukkan indahnya toleransi yang telah lama bersemi di Solo. Semua bersatu padu, memastikan setiap jemaah merasa nyaman dan mendapatkan hidangan yang layak. Persiapan ini berlangsung selama berhari-hari, menciptakan suasana guyub yang begitu menghangatkan.
Pada hari-H, suasana semakin magis. Sejak pagi buta, jemaah sudah mulai memadati area masjid. Pakaian serba putih mendominasi, menciptakan lautan putih yang membentang di sepanjang Jalan Kapten Mulyadi. Jemaah datang dari berbagai lapisan masyarakat: kiai dan habib terkemuka, santri, pedagang, hingga pejabat pemerintahan. Tidak ada sekat di sana; semua bersatu dalam majelis yang penuh berkah. Lantunan salawat terdengar mengalun, memenuhi setiap sudut kota, menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Momen puncak terjadi saat pembacaan maulid Simtudduror, kitab yang ditulis oleh Habib Ali sendiri. Karangan ini merupakan karya sastra agung yang mengisahkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW secara puitis, mulai dari kelahiran hingga wafatnya.