TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang terbit di jurnal PLOS One mengungkapkan bahwa mesin cuci rumah tangga tidak efektif membersihkan pakaian tenaga kesehatan. Alat ini tidak cocok untuk dekontaminasi bahan tekstil. Padahal, mikroba dari pakaian petugas medis bisa menularkan penyakit dari pasien.
Ketika membersihkan pakaian, petugas kesehatan harus memastikan kemanjuran deterjen, serta mempertimbangkan tempat mencuci alternatif. “Untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mengendalikan antimikroba di lingkungan perawatan kesehatan,” begitu isi penelitian tersebut, dikutip dari jurnal PLOS One pada Senin, 5 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi itu ditulis oleh lima peneliti dari Leicester School of Pharmacy dan De Montfort University di Inggris. Fakta-fakta yang mereka temukan dipaparkan dalam laporan ilmiah berjudul ‘Domestic laundering of healthcare textiles: Disinfection efficacy and risks of antibiotic resistance transmission’. Studi itu diterbitkan pada 30 April lalu.
Penelitian mereka bertujuan mengukur kinerja dan kemampuan mesin cuci domestik di Inggris dalam pembersihan bahan tekstil. Studi lain pada 2021, menurut kelima peneliti tersebut, memperkirakan ada lebih dari 80 persen perawat di Inggris mencuci segaram mereka dengan mesin cuci di rumah. Padahal, peralatan rumah tangga itu tidak dirancang dengan standar disinfeksi mikrobiologis yang ketat.
Pakaian yang dicuci di mesin cuci rumahan sempat diidentifikasi sebagai sumber wabah penyakit menular. Pada 2012, infeksi pascaoperasi yang disebabkan oleh Gordonia bronchialis dikaitkan dengan pakaian bedah yang terkontaminasi. Bakteri masih ada pada pakaian yang dicuci di rumah.
Di sebuah bangsal neonatal—ruangan khusus untuk bayi yang baru lahir di rumah sakit—sampel Klebsiella oxytoca penghasil beta laktamase bisa menular ke balita melalui pakaian rajutan yang dicuci dengan mesin cuci rumahan. Ada juga kasus penyebaran Gordonia bronchialis lewat pakaian perawat anestesi.
Menurut artikel yang dimuat oleh PLOS One tersebut ilmiah ini, mesin cuci rumahan tidak sepenuhnya steril dan masih berpotensi membentuk biofilm—lapisan lengket berisi komunitas mikroorganisme. Dua kelas bakteri utama telah terdeteksi dalam biofilm di mesin cuci adalah Alphaproteobacteria dan Gammaproteobacteria.
Biofilm menjadi lokasi perkembangan resistensi antimikroba dan antiseptik. Artinya, bakteri bisa semakin kebal terhadap deterjen. Bakteri Pseudomonas putida, sebagai contoh, mampu bertahan hidup meski terkena sepuluh kali konsentrasi deterjen.
Para peneliti dari Inggris itu menyimpulkan bahwa mesin cuci pribadi milik petugas kesehatan berisiko terhadap keselamatan pasien, terutama karena bisa membawa patogen yang resistan terhadap antibiotik. Langkah pengendalian infeksi masih cenderung berfokus pada kebersihan tangan dan barang-barang lain. Pakaian tenaga kesehatan belum banyak disoroti sebagai pemicu penularan penyakit.
Tips Penanganan Seragam Petugas Medis
Pada 2020 atau masa pandemi Covid-19, National Health Service atau Layanan Kesehatan Nasional di Inggris sempat memberikan sejumlah rekomendasi ihwal pencucian pakain dan seragam kerja petugas. Pertama, petugas harus memisahkan seragam dari pakaian rumah tangga lainnya. Langkah kedua adalah mencuci pakaian kerja itu dengan suhu tinggi.
Patugas bisa mencuci seragamnya dengan air sepanas 60 derajat Celsius selama 10 menit, kemudian dianjurkan mencuci pakaian dengan deterjen dalam air bersuhu sekitar 30 derajat Celcius. Cara ini diyakini membunuh Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)—mikroba yang kebal terhadap antibiotik—maupun banyak jenis bakteri lainnya.
“Jangan membebani mesin secara berlebihan dan bersihkan mesin cuci secara teratur,” begitu saran peneliti dalam artikel di jurnal PLOS One tersebut.