REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat pendidikan tinggi terapan sebagai pilar strategis pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Dalam Rapat Terbuka Senat Sekolah Vokasi UGM, yang menjadi puncak peringatan Dies Natalis ke-16 bertema "Membangun Program Sarjana, Magister, dan Doktor Terapan yang Berdampak", Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof Agus Maryono menyampaikan Dies Natalis ke-16 menjadi momentum refleksi untuk memperkuat relevansi pendidikan vokasi terhadap kebutuhan masyarakat, industri, dan lingkungan.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.SV UGM, lanjutnya, telah bertransformasi menjadi pelopor pendidikan tinggi terapan yang tidak hanya berorientasi pada keterampilan teknis, tetapi juga pada keberlanjutan dan pengabdian sosial. Agus mengatakan melalui pengembangan program sarjana, magister, dan doktor terapan, SV UGM berupaya mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman.
"Sekolah Vokasi UGM berkomitmen membangun program terapan yang berdampak langsung bagi masyarakat, industri, dan keberlanjutan lingkungan. Pendidikan vokasi harus menjadi solusi nyata bagi kebutuhan bangsa," ujarnya dalam sambutan pada acara Rapat Terbuka Senat di Ballroom Gedung TILC Sekolah Vokasi UGM, Senin (27/10/2025).
Agus tidak hanya memaparkan capaian riset dan strategi pengembangan SDM di lingkungan Sekolah Vokasi tetapi juga menekankan pentingnya perubahan paradigma dosen dan peneliti agar lebih terjun ke lapangan. Ia menilai menilai bahwa keberhasilan transformasi riset tidak hanya tergantung pada dana, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama lulusan pendidikan vokasi.
Sementara dari sisi tingkat keterserapan mahasiswa SV UGM sebelum lulus telah mencapai 51 persen, menunjukkan kuatnya relevansi antara pembelajaran vokasi dan kebutuhan dunia kerja.
"Keterserapan mahasiswa ini cukup tinggi," ucapnya.
"Mudah-mudahan tahun ini, kita masih punya waktu sekitar 11 bulan untuk mewujudkan cita-cita kita bersama baik dari senat maupun dari wakil dekan, juga dari seluruh ketua departemen yang hadir di sini untuk kita bekerja sama dengan bahagia dengan senang dengan konsep gerakan yang saling menginspirasi satu dengan yang lain, saling menolong saling membantu, saling menginspirasi, saling mendukung," kata dia.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof Wening Udasmoro, mengapresiasi langkah cepat SV UGM dalam memperluas program pendidikan dan sertifikasi profesi. Menurutnya, peran Sekolah Vokasi sangat penting dalam membangun kapasitas SDM yang terampil dan siap bersaing secara global.
"Saya menyaksikan sendiri bagaimana lembaga sertifikasi profesi UGM ini tidak akan bergerak dengan cepat tanpa bantuan teman-teman dari sekolah vokasi. Tahun ini kita akan berdiri 65 skema lembaga sertifikasi profesi, ini menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia," ujar Prof Wening.
Lebih jauh, Prof Wening menyebut kekuatan UGM tidak terletak pada besarnya dana, melainkan pada modal sosial berupa jejaring, kolaborasi, dan semangat sivitas akademika.
"Kekuatan UGM adalah di sosial kapital kita. Kalau kita punya sosial kapital yang luar biasa, uang akan datang sendiri. Jadi, jangan terlalu banyak menyimpan dana, gunakan untuk pengembangan dosen dan mahasiswa, kirim mereka belajar ke luar negeri," katanya.
Ia mendorong agar adanya investasi pada pengembangan sumber daya manusia. Menurutnya, ini akan bertransformasi menjadi kekuatan finansial dan menguatkan reputasi kelembagaan di masa depan.
"Mungkin saya setuju dengan Pak Purbaya kalau punya uang ya udah digunakan. Untuk social capital, kirim dosen, mahasiswa ke luar negeri. Karena dari social capital yang mereka dapatkan, pengembangan diri mereka itu akan menjadi bertransformasi menjadi financial capital. Kalau kita punya social capital yang luar biasa itu yang namanya uang akan datang sendiri jadi IKD tinggal menunggu waktu," ungkap dia.
Kolaborasi Vokasi dan Pemerintah Dorong Swasembada Air dan Pangan
Dalam kesempatan ini, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR RI, Dr Dwi Purwantoro juga menyampaikan pidato ilmiah mengenai pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
Dwi terlebih dahulu mengapresiasi kiprah Sekolah Vokasi UGM yang dinilai telah melakukan transformasi signifikan dan berperan nyata dalam pengembangan ilmu terapan. Menurutnya penting adanya sinergi antara dunia pendidikan dan pemerintah dalam menghadapi tantangan pengelolaan sumber daya air serta perubahan iklim saat ini.
Ia menyebut Kementerian PUPR terus mendorong pendidikan vokasi agar berperan langsung dalam proyek-proyek pembangunan dan kebijakan nasional, termasuk program Instruksi Presiden tentang Irigasi di 36 provinsi.
"Kami dari Kementerian PU secara aktif turut serta dalam ritme edukatif sekolah vokasi. Kami berharap mahasiswa yang lulus dari sini sudah bisa praktik, bukan hanya teori," ujarnya.
Ia kemudian menyoroti pentingnya pendidikan vokasi dalam mendukung kebijakan nasional menuju swasembada pangan, energi, dan air, sesuai arah pembangunan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pendekatan pembangunan harus berbasis masyarakat dan ini menjadi strategi utama pemerintah, termasuk dalam menciptakan lapangan kerja baru di sektor infrastruktur.
"Sesuai dengan Asta Cita Bapak Presiden Prabowo, Kementerian Pekerjaan Umum telah dan terus turut serta dalam pengembangan yang berwawasan lingkungan dalam upaya memanfaatkan sistem pertahanan keamanan negara yang mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, dan ekonomi biru. Kita harus mandiri dalam pangan, energi, dan air. Karena itu, pembangunan bendungan dan sistem irigasi harus berwawasan lingkungan dan melibatkan masyarakat," katanya.
"Kalau dulu pekerjaan dikerjakan alat berat, sekarang berbasis masyarakat agar daya ungkit ekonominya lebih besar. Ini juga membuka peluang kerja bagi lulusan vokasi," ujarnya menambahkan.
Ia menekankan pembangunan infrastruktur air tidak boleh hanya berorientasi pada fisik semata, tetapi harus memperhatikan keseimbangan ekologi, apalagi dalam konteks perubahan iklim yang semakin nyata, Dwi mengingatkan bahwa pengelolaan air harus dilakukan secara bijak untuk mencegah bencana ekologis seperti banjir dan kekeringan.
Selain mendorong pembangunan infrastruktur berkelanjutan, Kementerian PUPR juga berupaya mengembangkan konsep smart water management atau pengelolaan air cerdas, termasuk pemanfaatan air hujan, air limbah, dan teknologi otomatisasi.
"Air itu tidak boleh terbuang cuma-cuma. Harus dikelola baik. Sekolah vokasi punya peran besar dalam mencetak SDM yang paham teknologi dan kearifan lokal pengelolaan sumber daya air," ungkapnya.

10 hours ago
3











































