REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah mengandalkan kekuatan konsumsi dan investasi dalam negeri untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Kedua sektor tersebut menjadi penopang utama capaian pertumbuhan 5,12 persen pada kuartal II dan diproyeksikan meningkat hingga 5,2 persen pada akhir 2025.
Deputi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, menyebut tren pertumbuhan tersebut menunjukkan kuatnya ketahanan ekonomi nasional. Menurutnya, sekitar 82 persen sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari aktivitas domestik.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Ini cerminan resiliensi ekonomi domestik karena 5,12 persen itu mayoritas atau sekitar 82 persen sumbernya berasal dari dalam negeri, baik melalui konsumsi maupun investasi,” ujar Ferry dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia bertajuk Resiliensi Ekonomi Domestik sebagai Fondasi Menghadapi Gejolak Dunia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Ferry menegaskan, sinergi lintas sektor menjadi faktor penting dalam menjaga momentum pertumbuhan tersebut. Pemerintah terus memperkuat kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, BUMN, sektor swasta, UMKM, hingga para ekonom untuk memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga.
“Kalau kita bandingkan dengan negara lain, ada yang mempertanyakan apakah lima persen cukup atau tidak. Tapi faktanya, dibandingkan dengan negara lain yang menghadapi dinamika serupa, kita masih cukup kuat tumbuh di kisaran 5,12 persen,” ucapnya.
Ia menambahkan, pemerintah tidak akan berpuas diri dengan capaian itu dan terus mengupayakan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
“Beberapa indikator yang terus kita monitor, inflasi sampai September masih di 2,65 persen. Kita harapkan sampai akhir tahun bisa di 2,5 plus minus 1 persen,” jelasnya.
Pemerintah, kata Ferry, telah membentuk tim pengendali inflasi dengan mekanisme kelembagaan dari pusat hingga daerah. Komponen pangan bergejolak yang pada September tercatat 6,4 persen, diharapkan bisa ditekan di bawah lima persen melalui berbagai kebijakan stabilisasi harga.
Selain menjaga stabilitas harga, Ferry menyoroti capaian sosial ekonomi lain yang menunjukkan perbaikan. Tingkat kemiskinan menurun menjadi 8,47 persen, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 4,76 persen.
Ferry juga menilai berbagai indikator makro menunjukkan prospek ekonomi yang solid. “Indeks keyakinan konsumen berada di 115, penjualan riil stabil, cadangan devisa sesuai standar IMF di atas enam bulan, likuiditas perbankan, investasi, PMI, pertumbuhan kredit, serta ekspor-impor juga berada dalam tren baik,” ujarnya.
“Ini kita harapkan menjadi fundamental agar ekonomi Indonesia bisa terus tumbuh di 2025 dan menjadi model pertumbuhan di 2026,” katanya.

 3 hours ago
                                3
                        3 hours ago
                                3
                    















































