REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Polda Jawa Barat meminta maaf karena belum mampu melayani dan menjaga masyarakat dalam menghadapi unjuk rasa yang anarkis pada Jumat (29/8/2025) hingga Sabtu (30/8/2025) di Jawa Barat. Akibatnya, sejumlah fasilitas publik, gedung perkantoran rusak dan pengunjuk rasa terluka.
"Permohonan maaf yang tulus dari Kami kepolisian yang kurang mampu melayani dalam menghadapi unjuk rasa anarkis ini yang menimbulkan kerusakan gedung perkantoran, fasilitas umum, pengunjuk rasa yang terluka dan pedih karena air mata, secara tulus kami minta maaf," ujar Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Hendra Rochmawan melalui keterangan resmi, Ahad (31/8/2025).
Ia mengajak tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan mahasiswa untuk menjaga situasi agar tetap aman. Termasuk mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan doa bersama. "Kami mengimbau secara perorangan, kedinasan, perkantoran, lintas agama di tempat ibadahnya masing-masing masjid, gereja, kuil dan pura untuk melakukan doa bersama untuk keamanan Indonesia yang aman dan sejahtera," kata dia.
Ia melanjutkan massa aksi yang melakukan demonstrasi beberapa lalu terdapat yang langsung melakukan pelemparan batu dan melakukan pengerusakan. Terdapat fasilitas umum yang dirusak mereka termasuk perkantoran, pos polisi, kantor DPRD Jabar hingga mes. "Dalam dua hari ini ada satu roda empat yang terbakar hangus dan juga ada 10 kendaraan roda dua yang juga berada di sekitar lokasi unjuk rasa yang ikut terbakar," kata dia.
Pihaknya sendiri mengamankan 65 orang massa aksi yang diduga melakukan pengerusakan. Dari mereka terdapat anak yang masih berada di bawah umur berusia 13 tahun hingga 17 tahun. "Selanjutnya ada yang dewasa banyak sekali dari mereka tercatat ada yang SMA pelajar pengangguran dan juga mahasiswa," kata dia.
Selain itu terdapat 54 polisi yang mengalami luka luka saat bertugas mulai dari luka karena lemparan. Mereka sampai harus dijahit dan dibawa ke rumah sakit. "Kami mengimbau kepada masyarakat khususnya kepada elemen mahasiswa dan juga belajar SMA yang juga sederajat untuk bisa meredam aksinya tanpa adanya kekerasan," kata dia.