Cara Kepala BRIN Optimalkan Kemampuan Peneliti, Salah Satunya Melalui Program 'Pulang Kampung'

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria tak mempersoalkan peneliti yang ingin kembali ke daerahnya masing-masing. Arif meyakini kebijakan "pulang kampung" justru dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti.

Semenjak kehadiran BRIN, semua penelitian yang dilakukan pemerintah difokuskan lewat satu lembaga. Ini termasuk berbagai fasilitas riset pemerintah yang ada di daerah disatukan lewat BRIN.

"Karena litbang-litbang kementerian saat ini sudah bergabung di BRIN, jadi kita ingin alat-alat dan peralatan infrastruktur yang dimiliki oleh BRIN itu dimaksimalkan kemanfaatannya untuk menghasilkan periset dan inovasi yang lebih produktif," kata dalam sesi wawancara khusus dengan Republika pada Senin (1/12/2025).

Oleh karena itu, Arif mempersilahkan peneliti pulang ke kampungnya. Proses ini dilakukan secara bertahap dengan didasari aspirasi periset. "Sehingga kita harus mempersiapkan dengan baik agar semua bisa berjalan dengan lancar," ujar Arif.

Arif memang mengutamakan hasil dari para periset BRIN. Sehingga Arif mengikhlaskan mereka melaksanakan riset dari daerahnya. Syaratnya kebijakan "pulang kampung" ini yaitu pemanfaatan aset BRIN secara optimal, kenyamanan peneliti, dan kedekatan peneliti dengan sumber tema riset.

"Yang paling penting buat kami adalah output dan outcome. Dari proses itu, yaitu apa? Inovasi semakin banyak, periset semakin berdampak, masalah-masalah daerah bisa terpecahkan," ujar mantan rektor IPB itu.

Arif mencontohkan, periset gambut memilih pulang kampung ke Kalimantan agar penelitiannya maksimal karena gambut lebih banyak di sana ketimbang di Jakarta. Mereka merasa seolah sia-sia kalau bertahan di Jakarta lantaran objek risetnya di daerah.

"Peneliti yang banyak melakukan penelitian soal gambut, kira-kira gambut ada di mana? Di Jakarta tidak ada gambut. Lahan gambut ada di Kalimantan. Jadi peneliti yang memang dulunya melakukan riset di Kalimantan, ya kita harapkan bisa kembali ke Kalimantan, melanjutkan penelitian tentang gambut. Misalnya contoh ya, peneliti yang berada di kawasan di mana tanaman obat berkembang banyak dan sebagainya untuk bisa menemukan obat-obat herbal yang berkualitas, ya silahkan peneliti kembali ke Salatiga, ke Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar) untuk melakukan riset agar lebih produktif lagi," ucap Arif.

Walau demikian, Arif tak memaksakan semua peneliti kembali ke kampung. Arif mempersilahkan peneliti menyesesuaikan diri dengan riset dan kemauannya.

"Jadi saya kira ini bukan sekadar menyerap aspirasi dari para periset, tapi yang kami lakukan adalah bagaimana kita punya komitmen untuk menyelesaikan berbagai persoalan di daerah. Karena sekali lagi, daerah ini adalah tumpuan ekonomi kita ke depan, tumpuan pembangunan kita di daerah. Sehingga kita harus perhatikan betul daerah. Jadi periset itu ya urusan dari desa hingga luar angkasa," ujar Arif.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |