TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan di Amerika Serikat kembali terjadi. Seorang remaja pria berusia 20 tahun melepaskan tembakan di Florida State University. Ia diduga melakukan aksi kejinya itu dengan menggunakan bekas senjata dinas milik ibunya yang berprofesi sebagai seorang deputi sheriff.
Akibat penembakan di AS itu, dua orang tewas dan enam lainnya terluka. Dilansir dari Al Jazeera, serangan terjadi pada Jumat pukul 11.50 di luar serikat siswa sekolah Tallahassee.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Universitas Florida segera mengeluarkan peringatan adanya penembakan. Sistem peringatan Florida State mengumumkan bahwa penegak hukum telah menetralisir ancaman.
Kepala Polisi Universitas Negeri Florida Jason Trumbower mengatakan bahwa kedua orang yang tewas, bukanlah mahasiswa di universitas tersebut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia telah diberi tahu ihwal penembakan itu. "Ini hal yang mengerikan. Sungguh mengerikan bahwa hal-hal seperti ini terjadi," kata Trump.
Namun ia menegaskan tetap mendukung kepemilikan senjata api. “Hal-hal ini mengerikan, tetapi bukan senjata api yang melakukan penembakan. Orang-oranglah yang melakukannya,” ujarnya.
Sheriff Leon County Walter McNeil kemudian mengidentifikasi tersangka sebagai Phoenix Ikner yang berusia 20 tahun, putra seorang wakil sheriff di departemennya sendiri. Ia mengatakan Ikner menggunakan bekas senjata dinas ibunya dalam serangan itu. Tersangka telah lama menjadi anggota dewan penasihat pemuda kantor sheriff dan terlibat dalam sejumlah program pelatihan dengan kantor tersebut.
"Kami akan memastikan bahwa kami melakukan segala yang kami bisa untuk menuntut dan memastikan bahwa kami mengirimkan pesan kepada masyarakat bahwa hal ini tidak akan pernah ditoleransi di Leon County, dan saya berani mengatakan di seluruh negara bagian dan di seluruh negeri ini," kata McNeil.
Polisi mengatakan Ikner diyakini sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Motif penyerangan tersebut belum diketahui. Ikner menggunakan haknya untuk diam saat ditangkap, kata pihak berwenang.
Ketua klub politik di Florida State University, Reid Seybold mengatakan tersangka menganut pandangan supremasi kulit putih dan telah dikeluarkan dari klub politik. Menurut Seybold dia adalah bagian dari sebuah klub dengan tersangka di Tallahassee State College, tempat mereka berdua kuliah sebelum pindah ke FSU.
"Pada dasarnya, peran kami satu-satunya adalah tidak ada Nazi dan dia menganut begitu banyak retorika supremasi kulit putih, retorika sayap kanan juga, sampai pada titik di mana kami harus menjalankan peran itu," kata Seybold dilansir dari NBC News.
Seybold, sekarang seorang senior di FSU, berada di Gedung Bellamy di dekat Serikat Mahasiswa ketika dia dan yang lainnya mendengar suara tembakan. "Saya mengirim pesan singkat kepada semua orang yang saya cintai, memberi tahu mereka bahwa saya mencintai mereka," kata Seybold. "Saya, saya bersiap untuk mati."
Presiden Universitas Florida Kent Fuchs mengunggah di X bahwa ia dan seluruh komunitas Gator menyampaikan rasa simpati dan perhatian paling dalam kami kepada keluarga besar Universitas Negeri Florida. "Kami turut berduka cita kepada semua orang yang terkena dampak penembakan dan orang-orang yang mereka cintai," tulis Fuchs.
Pilihan editor: Top 3 Dunia: Pangkalan Rusia di Papua, Sugiono ke AS