REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Erick Thohir menegaskan, keputusan pemerintah untuk tidak memberikan visa kepada atlet Israel yang akan tampil di Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta didasari oleh pertimbangan keamanan dan situasi global terkini. Menurut Erick, langkah ini bukan bentuk diskriminasi, melainkan pencegahan.
Dalam keterangannya, Erick menjelaskan, keputusan itu muncul setelah ia mengetahui adanya rencana kehadiran atlet Israel di ajang yang berada di bawah Federasi Senam Internasional (FIG). Ia langsung mengonfirmasi hal tersebut kepada Pengurus Besar Federasi Gimnastik Indonesia (FGI).
“Saya tanya ke FGI, ‘Pak, ini ada Israel nggak?’ Dijawab ada. Saya bilang, kalau menurut saya kurang bijak pada saat ini, karena situasinya berbeda dengan sebelumnya. Saya khawatir dengan isu keamanan,” kata Erick dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Kamis (23/10/2025).
Menurut Erick, konteks politik dan keamanan internasional yang berubah, terutama pasca eskalasi keamanan di Gaza, membuat sensitivitas terhadap kehadiran Israel di ajang olahraga global meningkat. “Dulu masih bisa ditarik-ulur, tapi sekarang tone-nya di seluruh dunia sudah berbeda, lebih menolak,” ujarnya.
Erick menuturkan, salah satu alasan kuat pemerintah menolak visa adalah permintaan khusus dari delegasi Israel terkait pengamanan delegasi mereka selama di Indonesia. Permintaan khusus itu dinilai tidak sejalan dengan prinsip kesetaraan antarpeserta.
“Saya menilai itu juga bentuk diskriminasi terhadap 79 negara lain, termasuk Rusia dan China. Jadi konteksnya bukan politik, tapi soal keamanan dan perlakuan yang setara,” kata dia.
Setelah diskusi dengan FGI dan FIG, kedua pihak sepakat untuk menarik permohonan visa Israel agar tidak terjadi eskalasi yang berujung pada pembatalan kejuaraan. “FIG akhirnya memahami situasi dan berkirim surat meminta pencabutan visa agar ajang tetap bisa berlangsung dengan aman,” jelas Erick.
Karena ada surat permintaan, pemerintah menggelar rapat dengan berbagai kementerian terkait. Ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah sudah berkoordinasi dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) sebelum keputusan diambil. Erick mengatakan, ia tetap dalam posisinya menolak mengeluarkan visa meskipun ada tentangan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC). Akhirnya, seluruh pihak sepakat menempatkan faktor keamanan nasional sebagai prioritas utama.
Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 akhirnya tetap berlangsung di Jakarta dan masih berjalan. Namun, akibat keputusan pemerintah tersebut, IOC memutuskan agar kejuaraan dunia di bawah naungannya tidak dapat digelar di Indonesia untuk sementara waktu.
Erick menegaskan bahwa keputusan ini tidak mengubah komitmen Indonesia untuk tetap aktif dalam kegiatan olahraga internasional. Meski tidak bisa menjadi tuan rumah ajang olahraga internasional, atlet-atlet Indonesi tetap diizinkan berpartisipasi di event-event olahraga dunia.
“Yang penting, atlet-atlet kita tetap bisa bertanding di luar negeri. Pemerintah tetap mendukung transformasi olahraga nasional dan pembinaan cabang-cabang olahraga unggulan yang sedang kami siapkan,” ujarnya.