Lansia Rentan Depresi, Psikiater Tekankan Pentingnya Dukungan Keluarga

3 hours ago 6

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Depresi pada lansia merupakan masalah kesehatan mental yang kerap luput dari perhatian. Padahal, gangguan suasana hati ini dapat berdampak serius terhadap kualitas hidup hingga meningkatkan risiko kematian pada kelompok usia lanjut.

Menurut psikiater sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Riati Sri Hartini, dukungan sosial dari keluarga memegang peranan penting dalam mencegah serta mendampingi lansia yang mengalami depresi.

"Support sosial dari keluarga sangat berpengaruh. Kalau dukungan emosional dan praktis tetap ada, risiko depresi bisa ditekan meski fisik atau kondisi finansial lansia menurun," kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip pada Senin (15/9/2025).

Berdasarkan klasifikasi WHO (2023), lansia adalah individu berusia 60 tahun ke atas, yang terbagi menjadi tiga kelompok: usia 60-74 tahun (lanjut usia), 75-90 tahun (elderly), dan di atas 90 tahun (very old). Riati menjelaskan, penyebab depresi pada lansia sangat beragam, mulai dari penurunan kondisi fisik, kehilangan pasangan atau sahabat, hingga perubahan kondisi keuangan setelah pensiun.

"Selain faktor biologis, aspek sosial menjadi dominan. Lansia bisa merasa kehilangan dukungan satu per satu, yang membuat mereka rentan depresi," kata dia.

Gejala depresi pada lansia antara lain suasana hati yang negatif, kehilangan semangat, kelelahan, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan menurunnya konsentrasi. Dalam kasus tertentu, lansia bahkan bisa mengalami keinginan untuk mengakhiri hidup.

"Gejala depresi pada lansia lebih samar karena sering dianggap bagian dari proses penuaan atau penyakit fisik. Itu sebabnya keluarga harus lebih peka," ujar dr Riati.

Depresi juga berdampak langsung terhadap kualitas hidup lansia. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan motivasi untuk beraktivitas, hingga lebih rentan terhadap penyakit fisik.

Terkait penanganan, dr Riati menyebutkan dua pendekatan utama, yakni farmakologis dengan pemberian obat antidepresan, dan nonfarmakologis melalui peran serta keluarga. Pendekatan nonfarmakologis mencakup perbaikan gaya hidup, kegiatan komunitas, seta dukungan emosional dan praktis dari lingkungan sekitar.

"Pencegahan bisa dilakukan dengan memperbanyak aktivitas positif, olahraga, menjaga hobi, dan tetap aktif dalam komunitas. Lansia juga perlu terbuka dalam menyampaikan ketidaknyamanan agar kebutuhan mereka bisa dipahami. Jika gejala depresi muncul, jangan ragu untuk mencari pertolongan tenaga profesional," kata dia.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |