Keracunan MBG di Cianjur: Cak Imin Desak Investigasi, Abdul Mu'ti Berharap Jadi Evaluasi

6 hours ago 2

SISWA keracunan makanan kembali terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis atau MBG. Setelah 29 murid Sekolah Dasar (SD) Katolik Andaluri di Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur keracunan MBG pada 18 Februari lalu, kini 78 siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi korban keracunan usai diduga menyantap makanan dari program MBG.

Sejumlah 55 siswa berasal dari MAN 1 dan 23 siswa dari SMP PGRI 1 Cianjur. Kepala Sekolah MAN 1 Cianjur Erma Sopiah mengatakan 800 murid menyantap hidangan MBG pada Senin, 21 April 2025, pukul 12.00 WIB.

Pada sore harinya, ada sembilan siswa mengeluh pusing, mual, dan muntah, hingga menjalani perawatan di sekolah. Namun jumlah yang mengeluh terus bertambah, sehingga mereka langsung dibawa ke rumah sakit.

Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) karena 176 warga, termasuk 78 siswa, keracunan makanan. Sejumlah 98 warga Kecamatan Mande mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan yang disuguhkan dalam acara hajatan salah seorang warga yang juga berlangsung pada Senin.

Cak Imin Desak Kemenkes Investigasi Keracunan Massal di Cianjur

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar Atau Cak Imin mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyelidiki penyebab puluhan siswa di Kabupaten Cianjur keracunan massal. “Itu yang harus dicek sumber utamanya ya. Tolong kepada Kementerian Kesehatan mengecek sumber utama keracunan itu," kata Cak Imin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 23 April 2025.

Dia menuturkan Kemenkes harus turun tangan mengusut apa latar belakang dari keracunan itu. “Apakah dari dapurnya, apakah dari proses angkutannya, apakah dari tempat lain-lain. Nanti kita tunggu aja investigasinya,” ujarnya.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyebutkan Dinas Kesehatan Cianjur harus tanggap merespons kejadian ini. “Laboratorium Kesehatan Daerah harus cepat ya mengambil langkah-langkah supaya kita tenang,” kata dia.

Mendikdasmen Berharap Keracunan MBG di Cianjur Jadi Evaluasi

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti meminta agar program MBG dapat dievaluasi agar tidak terjadi lagi kasus keracunan yang mengorbankan siswa sekolah. Dia mengatakan hal ini merespons kasus siswa keracunan MBG di Cianjur.

“Kami mengetahui itu dari media massa. Mudah-mudahan ini bisa menjadi evaluasi dari pihak-pihak terkait,” kata Mu’ti saat ditemui usai menghadiri Konferensi Pers Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 24 April 2025.

Mu’ti berharap pelaksanaan MBG dapat terus disempurnakan agar bisa terlaksana dengan sebaik-baiknya. Meski pihaknya mendukung penuh program MBG, dia mengatakan apabila terdapat masalah tetap perlu ada evaluasi. “Tentu, kalau ada masalah, itu bagian dari evaluasi kita bersama-sama,” kata dia.

BGN Berjanji Perketat Sistem Pengawasan dan Pelatihan SPPG

Ketika mengunjungi para siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur yang dirawat di RS Bhayangkara Cianjur pada Rabu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana berjanji pihaknya akan memperketat sistem pengawasan.

“Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tetapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu, seperti dikutip dari Antara.

Dadan menyebutkan kunjungan tersebut merupakan bentuk empati dan tanggung jawab langsung dari BGN atas peristiwa yang menimpa anak-anak di sekolah tersebut, dan menegaskan pihaknya akan memperbaiki keamanan MBG, serta memprioritaskan kesehatan seluruh penerima manfaat.

"Saya sangat prihatin dan ikut merasakan kekhawatiran para orang tua. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami," katanya.

Dia menambahkan BGN saat ini tengah menunggu hasil laboratorium dari sampel makanan yang dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui penyebab pasti gangguan kesehatan tersebut. Hasil analisis dijadwalkan keluar dalam waktu 7-10 hari.

“Kami tidak ingin berspekulasi. Yang terpenting saat ini adalah memastikan anak-anak mendapatkan perawatan terbaik dan menjadikan kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem ke depan," ucapnya.

Berdasarkan informasi, makanan MBG yang dipasok ke SMP PGRI 1 Cianjur berasal dari SPPG Limbangansari, sama dengan yang memasok ke MAN 1 Cianjur.

Pengurus Yayasan Khasanah Ibu Bahagia yang menaungi SPPG Limbangansari, Ridwan Abdullah, membenarkan MBG untuk kedua sekolah tersebut dipasok dari dapur umum yang sama. Menurut Ridwan, saat ini produksi disetop sementara untuk seluruh pasokan ke sekolah-sekolah. 

“Ya, disetop sementara produksi makanan untuk semua sekolah yang dipasok dari SPPG Limbangansari. Kami masih menunggu hasil uji dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Cianjur," ujar Ridwan saat dihubungi Tempo pada Selasa, 22 April 2025. 

Dinkes Cianjur Bentuk Tim Pantau Kondisi Korban Keracunan MBG

Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur membentuk tim khusus melibatkan puskesmas di sejumlah kecamatan guna mengawasi dan memantau kondisi kesehatan puluhan siswa keracunan setelah mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

Kepala Dinkes Cianjur Yusman Faisal mengatakan meski para korban dari dua sekolah sudah diperbolehkan pulang dari perawatan di RSUD Sayang dan RS Bhayangkara Cianjur, pengawasan tetap diberikan guna memastikan tidak ada gejala susulan.

“Kami bentuk tim khusus dari dinas dan tenaga kesehatan di puskesmas guna mendatangi rumah siswa yang mengalami keracunan guna memastikan kondisi kesehatan mereka sudah pulih seperti semula selama beberapa hari ke depan,” kata dia.

Hingga Rabu petang, 23 April 2025, sudah tidak ada siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur yang menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi kesehatan mereka terus membaik sehingga diperbolehkan pulang.

Bahkan pihaknya sudah menyebar data siswa yang mengalami keracunan seperti di Kecamatan Cianjur, Cilaku, dan Karangtengah, guna memudahkan tim mengawasi dan melakukan kunjungan ke rumah korban guna melakukan cek kesehatan.

Deden Abdul Aziz, Dinda Shabrina, Dian Rahma Fika, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Sejumlah Alasan Temuan Jajanan Anak Mengandung Babi Harus Diusut

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |