TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menyelenggarakan acara bedah buku Seri Ketiga Inspirasi Kartini dan Kesetaraan Gender Indonesia pada Senin, 21 April 2025. Buku ini ditulis oleh Wardiman Djojonegoro, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tahun 1993.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegiatan ini menjadi salah satu cara untuk memperingati Hari Kartini. Selain itu juga mengangkat perjuangan Kartini dalam mendorong kesetaraan gender serta peran pemikirannya dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
"Mengenang Kartini laksana api yang terus menyala untuk menerangi ibu pertiwi. Sebagai pahlawan yang memperjuangkan emansipasi, meneladani sosok Kartini menjadi makna penting wanita Indonesia sebagai upaya ikut serta memajukan pendidikan melalui peningkatan budaya literasi," kata Hafidz Muksin, Kepala Badan Bahasa, saat membuka acara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani turut menyampaikan sambutannya melalui rekaman video. Ia mengatakan bahwa buku Trilogi Kartini merupakan tulisan yang diharapkan menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. "Kehadiran buku ini adalah upaya kita bersama untuk menggali agar terus memotivasi dalam memajukan bangsa melalui sosok Kartini,” katanya. Ia juga mengatakan bahwa dengan mengungkap dan membedah buku tersebut, kita akan melihat dan merenungi 179 surat dan artikel memo yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Tentang Buku Kartini dan Kesetaraan Gender di Indonesia
Wardiman Djojonegoro, penulis buku Trilogi Kartini, mengungkapkan bahwa karyanya merupakan hasil dari penelusuran yang ia mulai sejak duduk di bangku SMP. Saat itu, ia menemukan sebuah buku berbahasa Belanda yang berisi kumpulan surat-surat Kartini. Pengalaman tersebut menimbulkan tekad dalam dirinya untuk terus menyuarakan semangat dan cita-cita Kartini, agar dapat menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia.
"Lebih dari 100 surat Kartini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan termuat di buku ini,” kata Wardiman. Ia juga menjelaskan bahwa peluncuran seri ketiga buku ini akan menegaskan relevansi perjuangan Kartini dengan masa kini, khususnya tentang kesetaraan gender dan perannya dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Meutia Hatta yang menjadi salah satu narasumber acara, menyampaikan pandangannya terhadap Kartini. “Kartini merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam Gerakan emansipasi Perempuan Indonesia,” katanya. Ia juga menyampaikan bahwa Kartini telah memperjuangkan hak Perempuan Indonesia untuk memperoleh Pendidikan agar mampu mandiri. “Mendobrak tradisi yang mengekang Perempuan pada abad 19 hingga memasuki abad 20," ujarnya.
Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan
Menurut Hafidz Muksin momentum peringatan Hari Kartini ini menjadi media untuk mengangkat nilai-nilai luhur perjuangan Kartini dari pemikirannya gagasannya yang masih relevan untuk bisa dilaksanakan. Peluncuran sekaligus bedah buku seri ketiga dari tiga buku yang ditulis oleh Wardiman terdapat nilai-nilai, bagaimana perjuangan Kartini di samping untuk kesetaraan gender atau emansipasi, namun untuk meningkatkan pendidikan.
Disebutkan juga bahwa Kartini pernah menyampaikan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Jika perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, maka kualitas pendidikan secara keseluruhan juga akan meningkat. Disampaikan pula bahwa pendidikan anak sejak usia dini umumnya dimulai dari peran seorang ibu, sehingga pendidikan bagi kaum perempuan menjadi sangat krusial.
Selain itu, hal ini juga dianggap relevan dengan tantangan masa kini, terutama terkait tingkat literasi di Indonesia yang masih belum memadai. Dengan semangat perjuangan Kartini, diharapkan masyarakat semakin terdorong untuk membangun budaya literasi yang kuat, untuk meningkatkan layanan pendidikan dan menciptakan akses pendidikan yang bermutu bagi semua.
SOFWA NAJLA TSABITA SUNANTO
Pilihan Editor: Merekam Kartini dalam Warisan Ingatan Dunia