Kematian Arya Dikaitkan Masalah Psikis, Keluarga Tegaskan tak Pernah Ada Keluhan Berat

19 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Keluarga diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan menolak narasi polisi yang menyebut almarhum mengalami tekanan berat atau burnout. Meta Bagus yang merupakan perwakilan keluarga merasa temuan ini tidak cukup untuk langsung disimpulkan sebagai motif atau latar belakang kematian Arya. Apalagi Arya selama ini tidak pernah menunjukkan tanda-tanda tekanan ekstrem.

"Terkait dengan beban kerja, perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja itu kan pasti ada beban. Dan kan pasti ada juga berbagai macam halnya, hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada. Kurang lebih seperti itu," kata Meta saat ditemui di kediaman almarhum di Bantul, Selasa (29/7/2025).

Meski begitu, motif kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan pada 8 Juli 2025 lalu dengan kondisi wajah terlilit lakban belum secara tegas diungkap kepolisian. Dalam konferensi pers yang digelar di Polda Metro Jaya, polisi dan ahli yang terlibat dalam penyelidikan mengungkap soal barang bukti hingga kondisi kesehatan fisik serta mental Arya Daru yang disebut alami tekanan berat atau burnout. 

Hal ini juga diperkuat saat penyidik menyampaikan Arya Daru pernah mengakses layanan konsultasi kesehatan mental secara daring pada 2021. Dari situ, dikatakan Arya diduga mengalami burnout terkait pekerjaannya di Direktorat Perlindungan WNI.

Di sisi lain, Meta juga menegaskan hubungan Arya dan istrinya berjalan terbuka dan sehat. "Segala sesuatu itu didiskusikan, dikomunikasikan antara suami dan istri ini, dengan cukup baik," ucap Meta.

Saat ditanya terkait dengan informasi soal akses konsultasi daring Arya yang diungkap polisi, keluarga enggan menjadikannya dasar untuk berspekulasi. "Namanya konsultasi ya, mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apa pun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi, ya. Jadi saya tidak bisa, kami tidak mengomentari hal itu," ujarnya.

Lebih lanjut, keluarga tetap berharap polisi melanjutkan penyelidikan secara profesional, dan tidak buru-buru menarik kesimpulan. Sementara itu, publik dan media pun diminta untuk terus ikut mengawal kasus ini, agar jalannya proses penyelidikan tetap objektif.

"Betul (berharap penyelidikan lanjut). Karena kan tadi dari Direskrimum (Polda Metro Jaya) juga sudah menyampaikan bahwa ini belum tuntas. Berarti kan masih ada hal-hal yang perlu didalami lagi oleh beliau-beliau, para penyidik. Nah, itu kita tunggu bersama nanti bagaimana hasil ke depannya, gitu," kata Meta.

Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputa mengatakan, pihaknya telah menyimpulkan tidak ditemukan peristiwa pidana dalam kasus kematian pegawai Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) itu. Ia mengaku tidak mau menyimpulkan penyebab lain dari kematian korban.

Dari serangkaian pemeriksaan tersebut, ditemukan ciri-ciri kepribadian perfeksionis dan gejala-gejala yang mengarah pada major depressive disorder atau persistent depressive disorder/dysthymia. "Indikator kuat bahwa kematian ADP mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain, selain itu diketahui terdapat beberapa faktor risiko psikososial, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan, yang meningkatkan risiko bunuh diri pada ADP dengan letalitas tinggi," kata dia.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |