Korea Selatan Selidiki Dugaan Pelanggaran HAM dalam Penggerebekan Pabrik Baterai Hyundai di AS

2 hours ago 6

Pekerja Korea Selatan yang dibebaskan setelah ditahan selama beberapa hari di Georgia tiba di Bandara Internasional Incheon, di Incheon, Korea Selatan, Jumat, 12 September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Korea Selatan menyatakan sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terhadap para pekerjanya yang ditahan otoritas imigrasi Amerika Serikat (AS) di Georgia awal bulan ini. Pihak Imigrasi AS menggerebek pabrik baterai milik Hyundai Motor yang merupakan hasil usaha patungan Hyundai dengan LG Energy Solution Korea Selatan.

Juru bicara kepresidenan Korea Selatan Kang Yu-jung mengatakan, pihak berwenang tengah melakukan tinjauan mendalam bersama perusahaan terkait untuk memastikan apakah ada pelanggaran HAM yang terjadi.

“Sejauh yang saya pahami, pemerintah sedang meninjau lebih lanjut bersama perusahaan untuk menentukan apakah ada pelanggaran HAM,” ujar Kang seperti dikutip kantor berita Yonhap, disitat dari Anadolu, Senin (15/9/2025).

Lebih dari 300 warga Korea Selatan telah dipulangkan pada Jumat pekan lalu setelah sempat ditahan selama sepekan. Mereka ditangkap dalam penggerebekan yang dilakukan US Immigration and Customs Enforcement (ICE) di lokasi pembangunan pabrik baterai Hyundai-LG di Bryan County, Georgia. Pemulangan para pekerja tersebut merupakan hasil negosiasi antara Seoul dan Washington.

Sejumlah pekerja mengaku mengalami kondisi penahanan yang buruk, mulai dari ruangan sempit, kasur berjamur, suhu dingin, hingga akses terbatas terhadap fasilitas kebersihan dasar. Beberapa lainnya bahkan menyebut diperlakukan kasar oleh petugas imigrasi, dengan tangan dan kaki dibelenggu saat penangkapan.

Kang menambahkan, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan juga sedang menilai apakah tuntutan yang mereka sampaikan telah dipenuhi sepenuhnya. Perusahaan terkait pun melakukan evaluasi internal untuk meninjau langkah-langkah yang mungkin belum memadai, baik di pihak Korea maupun AS.

Pemerintah Korea Selatan menegaskan hak dan martabat warganya tidak boleh dilanggar secara tidak adil, serta menyampaikan penyesalan mendalam kepada pihak AS atas insiden tersebut.

Washington sebelumnya juga telah menyatakan “penyesalan yang mendalam” atas kasus ini.

“Beberapa permintaan kami memang telah diterima dan ada perbaikan. Namun, kami akan terus meninjau apakah masih ada masalah atau ketidaknyamanan yang dialami warga kami,” kata Kang.

Pabrik tersebut merupakan bagian dari kompleks senilai 7,6 miliar dolar AS (Rp124 triliun) untuk memproduksi kendaraan listrik bertenaga baterai. Semula, pabrik dijadwalkan beroperasi pada akhir 2025. Namun CEO Hyundai Jose Munoz mengatakan operasional akan mundur dua sampai tiga bulan akibat penggerebekan ini.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |