TEMPO.CO, Jakarta - Cina telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk menghentikan semua pesanan pesawat Boeing dari Amerika Serikat. Pembatalan pesanan ini sebagai tanggapan atas pengenaan tarif impor 145 persen atas barang-barang Cina ke AS. Sebagai balasan, Cina mengenakan tarif sebesar 125 persen terhadap barang-barang Amerika selama akhir pekan.
Beijing juga telah meminta maskapai penerbangan Cina agar tidak membeli peralatan terkait pesawat terbang dari perusahaan Amerika. Seperti dilansir dari New York Post yang mengutip Bloomberg, perintah tersebut muncul setelah perang tarif kedua negara. Besarnya tarif impor akan menggandakan biaya pesawat dan suku cadang buatan AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usai batalnya pesanan dari Cina ini, saham Boeing anjlok 3 persen pada Selasa. Cina disebut sebagai salah satu pasar terbesar Boeing.
Pemerintah Cina sedang mencari cara untuk memberikan bantuan kepada maskapai penerbangan yang menyewa jet Boeing dan menghadapi biaya pemeliharaan yang lebih tinggi. Belum ada komentar resmi dari Boeing.
Boeing sangat rentan terhadap sengketa dagang antara Amerika dan mitra dagangnya. Tidak seperti banyak perusahaan multinasional, Boeing membangun semua pesawatnya di pabrik-pabrik AS sebelum mengirim hampir dua pertiga pesawat komersialnya ke pelanggan di luar Amerika Serikat.
Dikutip dari CNN, Boeing merupakan bagian utama dari ekonomi AS, menyumbang sekitar US$ 79 miliar dan mendukung 1,6 juta pekerjaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perusahaan ini memiliki hampir 150.000 karyawan AS sendiri.
Selama enam tahun terakhir, Boeing sedang berjuang karena laba yang terus menurun. Sejak 2018, Boeing mengalami kerugian operasional sebesar US$ 51 miliar, tahun terakhir perusahaan itu melaporkan laba tahunan. Cina yang merupakan pasar pembelian pesawat terbesar di dunia. Analisa terbaru Boeing memperkirakan bahwa maskapai penerbangan Cina diperkirakan akan membeli 8.830 pesawat baru selama 20 tahun ke depan.
Selain membatalkan pesanan Boeing, awal bulan ini, Cina juga telah menghentikan pengiriman logam tanah jarang dan magnet yang penting bagi produksi AS untuk berbagai keperluan. Mineral tanah jarang diperlukan di industri mulai dari ponsel hingga jet tempur.
Pada 3 April 2025, Cina berhenti mengekspor tujuh logam tanah jarang berat dan magnet yang diproses secara eksklusif. Penghentian ekspor berlaku untuk semua negara, tetapi akses ke unsur-unsur seperti disprosium dan yttrium sangat penting bagi industri AS.