AS Naikkan Tarif Impor dari Cina hingga 245 Persen

2 days ago 7

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mengumumkan bahwa Cina kini menghadapi tarif impor baru hingga 245 persen karena tindakan pembalasannya, menurut pernyataan Gedung Putih pada Selasa malam, 15 April 2025 yang dilansir dari Anadolu.

Dalam pengumuman terbarunya, perintah administratif terbaru Gedung Putih, telah meluncurkan penyelidikan keamanan nasional terhadap impor sumber daya vital. Perintah tersebut juga mencakup penjelasan mengenai tarif timbal balik yang diumumkan pada 2 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Cina sekarang menghadapi tarif hingga 245 persen atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan pembalasannya," kata Gedung Putih.

"Pada Hari Pertama, Presiden AS Donald  Trump memulai Kebijakan Perdagangan Amerika Pertama untuk membuat ekonomi Amerika hebat kembali," katanya.

"Lebih dari 75 negara telah menghubungi untuk membahas perjanjian perdagangan baru. Akibatnya, tarif yang lebih tinggi secara individual saat ini dihentikan sementara di tengah diskusi ini, kecuali Cina yang melakukan tindakan balasan," ujar Gedung Putih. 

"Beberapa bulan yang lalu, Cina melarang ekspor galium, germanium, antimon, dan material teknologi tinggi utama lainnya dengan potensi aplikasi militer ke Amerika Serikat. Minggu ini saja, Cina menghentikan ekspor enam logam tanah jarang berat, serta magnet tanah jarang, untuk memutus pasokan komponen yang sangat dibutuhkan oleh produsen mobil, produsen kedirgantaraan, perusahaan semikonduktor, dan kontraktor militer di seluruh dunia," kata Gedung Putih. 

Pernyataan itu tidak menjelaskan secara rinci besaran tarif yang berlaku di Cina. Namun Gedung Putih tetapi menyiratkan bahwa tarif bisa naik hingga 245 persen. 

Cina meningkatkan tarifnya atas impor barang-barang AS hingga 125 persen Jumat pekan lalu. Kenaikan tarif itu untuk membalas terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump, yang secara efektif menaikkan tarif AS atas barang-barang China hingga 145 persen. AS juga menghentikan sementara 90 hari atas rencana pungutan atas barang-barang negara lain.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa Presiden Donald Trump telah menjelaskan posisinya tentang Cina. "Bola ada di tangan Cina. Cina perlu berurusan dengan kami, kami tidak perlu membuat kesepakatan dengan mereka. Tidak ada perbedaan antara Cina dan negara lain, kecuali mereka (Cina) jauh lebih besar," ujar Leavitt. 

Menurut dia, Cina sama seperti negara lainnya yang mengincar pasar Amerika Serikat. "Mereka membutuhkan uang kami," kata Leavitt. 

Jadi, menurut Leavitt, Trump terbuka untuk berdialog dengan Cina. "Cina perlu membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat," ujarnya dikutip dari India Times.

Cina merespon tarif impor terbaru oleh AS ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, yang dilansir dari Global Times, meminta AS agar berhenti mengancam dan memeras Cina. 

“Cina telah berulang kali menyatakan sikap tegasnya terhadap masalah tarif. Perang tarif diprakarsai oleh AS. Jika Amerika Serikat benar-benar ingin menyelesaikan masalah melalui dialog, mereka harus berhenti memberikan tekanan maksimal,” ujar 

Dia menambahkan, Beijing telah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah, serta keadilan dan kewajaran internasional, yang sepenuhnya masuk akal dan sah. 

"Posisi Cina sudah sangat jelas. Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang," kata Lin. "Cina tidak ingin berperang, tetapi tidak takut berperang."

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |