AS Kembali Batasi Penjualan Chip AI Nvidia ke Cina

1 day ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat kembali memperketat pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ke Cina. Nvidia mengumumkan pada Selasa, 15 April 2025, bahwa pemerintah AS telah memblokir penjualan sejumlah chip AI miliknya ke Cina tanpa lisensi, dan mulai mewajibkan izin untuk transaksi serupa di masa mendatang.

Langkah ini menjadi batasan besar pertama yang diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap penjualan semikonduktor ke luar negeri, sekaligus memperketat aturan ekspor yang sebelumnya diterapkan oleh pemerintahan Joe Biden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat kebijakan baru tersebut, Nvidia mencatatkan potensi kerugian sebesar US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 92,75 triliun pada kuartal ini. Kerugian itu berasal dari stok chip H20, komitmen pembelian, dan cadangan lain yang tak bisa lagi dijual ke Cina.

Perusahaan menyebutkan bahwa pembatasan ini berdampak strategis, bukan hanya finansial. Nvidia selama ini mengandalkan pasar Cina sebagai wilayah penting dalam ekspansi bisnis chip AI-nya. Jika harus keluar dari pasar tersebut, perusahaan khawatir akan kehilangan posisi dominan dan memberi ruang bagi Huawei untuk mengambil alih.

“Ini mengakhiri akses Nvidia ke pasar utama, dan mereka akan kehilangan daya saing di negara itu,” kata Patrick Moorhead, analis teknologi dari Moor Insights & Strategy, dikutip dari laporan The New York Times, Jumat, 18 April 2025. “Perusahaan-perusahaan Cina akan langsung beralih ke Huawei.”

Kementerian Perdagangan AS menyampaikan bahwa pihaknya telah menerbitkan persyaratan baru ekspor untuk chip Nvidia H20, chip MI308 dari Advanced Micro Devices, serta produk sejenis lainnya. “Departemen Perdagangan berkomitmen untuk menjalankan arahan presiden demi melindungi keamanan nasional dan ekonomi kita,” ujar juru bicara Benno Kass.

Pengumuman Nvidia disampaikan satu hari setelah perusahaan itu mendapat pujian dari Gedung Putih karena berjanji akan menginvestasikan US$ 500 miliar untuk infrastruktur AI di Amerika Serikat. Dalam komitmen tersebut, Nvidia akan memproduksi server di Houston dan bermitra dengan perusahaan pengemasan chip di Arizona.

Namun, menurut pengajuan regulasi Nvidia, janji investasi itu datang setelah perusahaan diberi tahu secara tertutup oleh pemerintahan Trump bahwa penjualan chip AI ke Cina akan diwajibkan melalui lisensi. Pemerintah kemudian menegaskan bahwa aturan akan berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan.

Langkah ini terjadi hanya beberapa minggu setelah CEO Nvidia Jensen Huang menghadiri makan malam bersama Presiden Trump di Mar-a-Lago dengan biaya US$ 1 juta per orang. Pasca pertemuan tersebut, sempat beredar rumor bahwa pemerintah akan melonggarkan rencana pembatasan. Namun, kebijakan tetap dijalankan.

Pemerintahan Trump sejak awal menjabat telah berkomitmen untuk mengurangi dukungan AS terhadap perusahaan AI asal Cina. Ancaman dari startup seperti DeepSeek, yang mengembangkan sistem AI dengan biaya jauh lebih rendah dibanding perusahaan AS, turut memicu kekhawatiran Washington.

Selama 2023, Nvidia melaporkan penjualan senilai US$ 17 miliar ke Cina. Meski demikian, proporsi pasar Cina terhadap total pendapatan perusahaan telah turun dari 20 persen menjadi 13 persen akibat pembatasan yang terus diberlakukan pemerintah AS.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |