1 hour ago
2
Pertemuan Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum akan digelar di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, 25–27 September 2025. Foto : dok
Kampus—Sebanyak 120 Guru Besar dari 24 Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) di seluruh Indonesia akan menggelar pertemua di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, 25–27 September 2025. Forum ini menjadi momen strategis yang sarat dengan nilai kebangsaan dan semangat keilmuan.
Ketua Dewan Professor Unand Prof Marlina sebagai penyelenggara acara mengatakan pertemuan Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MDGB-PTNBH) mengusung tema “Peran Strategis Guru Besar untuk Kejayaan Bangsa”. Forum ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang seremonial, tetapi juga sebagai ruang deliberatif yang mempertemukan beragam pemikiran guna merumuskan visi kolektif dan langkah-langkah strategis dalam menjawab tantangan menuju Indonesia Emas 2045.
‘’Salah satu capaian penting yang direncanakan dalam forum ini adalah lahirnya Deklarasi Padang untuk Kejayaan Bangsa—sebuah dokumen yang bukan sekadar simbolik, melainkan juga merepresentasikan komitmen moral dan tanggung jawab intelektual para Guru Besar,’’ ungkap Prof Marlina.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Marlina menjelaskan deklarasi ini akan menegaskan urgensi menjadikan ilmu pengetahuan sebagai landasan utama dalam perumusan kebijakan publik, menjaga integritas akademik, memperkuat riset strategis, serta mendorong transformasi pendidikan tinggi yang inklusif, berkelanjutan, dan berpihak pada kepentingan nasional.
Dia memaparkan, rangkaian kegiatan akan diawali dengan jamuan makan malam di Istana Gubernur Sumatera Barat, yang direncanakan dihadiri oleh Rektor Universitas Andalas, Dr Efa Yonnedi; Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah; serta Ketua dan anggota MDGB-PTNBH se-Indonesia. Pada kesempatan tersebut juga akan berikan buku karya para Guru Besar Universitas Andalas, sebuah inisiatif yang digagas oleh Prof Elfindri sebagai bentuk konkret kontribusi akademik terhadap ruang publik. Buku ini telah melalui proses bedah dan resmi diperkenalkan dua hari sebelum forum MDGB-PTNBH dimulai, seakan menjadi pengantar intelektual sebelum forum MDGB-PTNBH resmi dimulai.
Agenda berikutnya adalah sesi diskusi yang menghadirkan Prof Brian Yuliarto sebagai pembicara kunci. Diskusi ini juga akan mempertemukan beragam perspektif segar dari para akademisi nasional terkemuka, seperti Prof Andi Pangerang Moenta (Universitas Hasanuddin), Prof Masrul (Universitas Andalas), dan Prof Yazid Bindar (ITB), dengan Prof Nursyirwan Effendi sebagai moderator.
Pada hari yang sama, Rapat Pimpinan MDGB-PTNBH akan dilaksanakan, yang diharapkan menghasilkan deklarasi strategis sebagai kontribusi nyata dalam menjawab persoalan-persoalan kebangsaan. Diskursus yang berlangsung menegaskan bahwa peran Guru Besar tidak hanya sebagai simbol akademik, melainkan juga sebagai agen transformasi yang memiliki kapasitas, otoritas moral, dan tanggung jawab untuk mengarahkan perubahan menuju kemajuan bangsa.
Selepas diskusi sore, jelas Marlina, para peserta akan diajak menapaki jejak kearifan lokal Minangkabau dengan mengunjungi Rumah Gadang Baiturahmah. Di sana, mereka akan disambut Walikota Padang, H Fadly Amran, dan melaksanakan shalat Ashar di Masjid Baiturrahmah yang berdampingan dengan rumah adat tersebut.
Sebagai penutup, peserta akan diajak mengikuti city tour ke Bukittinggi sebagai bentuk pengenalan dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Kegiatan ini menurut Marlina bukan sekadar rekreasi, tetapi juga menjadi simbol penting dari integrasi antara pengetahuan ilmiah dan kearifan lokal dalam membangun identitas kebangsaan yang utuh.
‘’Lebih dari sekadar mempererat jejaring antarperguruan tinggi, forum ini mengukuhkan kembali peran strategis Guru Besar sebagai penjaga marwah intelektual dan benteng moral bangsa,’’ tegas Marlina. (*)
