loading...
Presiden AS Donald Trump bertemu PM Israel Benjamin Netanyahu. Foto/anadolu
WASHINGTON - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menjamu Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu sebagai pemimpin asing pertama yang mengunjungi Gedung Putih dipandang sebagai dukungan atas perang Israel yang menghancurkan di Gaza dan menggarisbawahi tingkat dehumanisasi yang dihadapi warga Palestina.
Pendapat itu diungkap pengamat dan aktivis hak asasi manusia (HAM) Jonathan Kuttab.
Netanyahu, yang diburu karena kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mengunjungi Washington DC pekan ini saat operasi militer Israel berlanjut di dan sekitar Tepi Barat yang diduduki.
Serangan Israel di Tepi Barat tersebut telah menewaskan lebih dari 50 warga Palestina dan membuat lebih dari 26.000 orang mengungsi dari kamp pengungsi Jenin dan Tulkarem sejak dimulai pada 21 Januari.
Doctors Without Borders (MSF) mengatakan pada hari Senin (3/2/2025) bahwa militer Israel telah menghancurkan 23 bangunan di Jenin pada hari Minggu saja.
Jonathan Kuttab, direktur eksekutif Friends of Sabeel North America (FOSNA), mengatakan kepada Middle East Eye bahwa mengingat kejadian selama 16 bulan terakhir di Gaza, undangan kepada Netanyahu tidak hanya tidak menghormati warga Palestina, tetapi juga merupakan bukti sekali lagi bahwa Trump tidak tertarik pada supremasi hukum.
"Pandangannya terhadap dunia adalah kekuasaan, bukan hukum; penindasan oleh negara adikuasa, bukan kerja sama untuk memecahkan masalah,” papar dia.
"Trump sama sekali mengabaikan hukum internasional, tidak menghormati nilai-nilai kesopanan, demokrasi, dan peradaban. Dia hanya seorang pengganggu kuat yang ingin menunjukkan kekuatannya, dan dia tidak punya masalah dengan penjahat untuk menjalankan kepentingannya sendiri," tegas Kuttab.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 47.000 orang telah tewas dalam operasi Israel di Gaza sejak Oktober 2023 dalam apa yang oleh beberapa pakar hak asasi manusia digambarkan sebagai genosida dan menyerukan embargo senjata terhadap Israel.
Kantor media pemerintah Gaza pekan ini menambahkan 14.000 orang hilang ke dalam jumlah korban tewas, sehingga jumlahnya menjadi 61.700.
Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya