Warga menyambut tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel saat tiba di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (13/10/2025). Israel membebaskan 1.966 warga Palestina yang menjadi tahanan. Warga Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Hamas. Sebaliknya Hamas juga membebaskan tahanan Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah pengakuan mengejutkan datang dari seorang tentara Israel yang pernah ditawan oleh Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas. Dalam kesaksiannya setelah dibebaskan awal pekan ini, ia mengungkap bahwa para penawannya justru menghormati keyakinannya dan memfasilitasi ibadahnya selama dalam tahanan.
Dalam wawancara dengan Channel 13 Israel, prajurit bernama Matan Engrest itu mengatakan bahwa selama ditahan di Jalur Gaza, ia meminta tefillin (kotak kulit kecil yang dikenakan umat Yahudi saat berdoa), siddur (buku doa), dan gulungan Taurat untuk menjalankan ibadahnya.
Membaca Taurat adalah ibadah bagi penganut Yahudi, karena kitab suci itu dipercaya sebagai firman langsung dari Tuhan yang diturunkan kepada Musa di Gunung Sinai, berisi panduan hidup, hukum, dan petunjuk moral.
Dengan membaca dan mempelajarinya, mereka merasa sedang kembali ke hadapan Tuhan, memperbarui perjanjian suci, dan menghubungkan diri dengan hikmat ilahi yang tak lekang oleh waktu.
Proses ini bukan sekadar ritual, melainkan cara untuk terus mengingatkan diri tentang perintah-Nya dan membentuk karakter yang sesuai dengan kehendak-Nya, menjadikannya inti dari kehidupan spiritual mereka sehari-hari.
“Saya memintanya, dan mereka memberikannya. Barang-barang itu mereka dapatkan dari lokasi-lokasi tempat tentara Israel ditempatkan di Gaza,” ujar Engrest.
Ia bahkan tetap bisa melaksanakan doa tiga kali sehari di dalam terowongan tempat ia disekap. Ia mengaku beberapa kali selamat secara ajaib dari serangan udara Israel yang menghantam area penahanannya.
Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan resmi Brigade al-Qassam yang berulang kali menegaskan bahwa mereka berupaya menjaga keselamatan para tawanan. Brigade tersebut menuduh bahwa serangan udara Israel yang brutal dan tanpa pandang bulu justru menjadi ancaman utama bagi nyawa para tahanan.