Singapura Siapkan Insentif Rp 500 Miliar untuk PLTG Rendah Karbon

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pemerintah Singapura menyiapkan insentif untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas yang rendah emisi. Insentif sebesar Rp 500 miliar ini harapannya bisa mendorong investor untuk menggunakan teknologi terbaru untuk PLTG yang bisa menekan emisi hingga 30 persen.

Menteri Energi dan Teknologi Singapura Tan See Leng menjelaskan Singapura saat ini focus untuk bisa meningkatkan produksi dan pasokan gas bumi. Negara ini hingga saat ini masih bertumpu pada PLTG untuk sumber energi Utama. Namun, tantangan transisi energi harus tetap dijalankan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Meskipun kita sedang bertransisi menuju energi rendah karbon, gas alam akan tetap memainkan peran fundamental dalam menjamin keandalan sistem energi. Karena itu, kita harus memaksimalkan efisiensi pembangkit listrik berbasis gas sekaligus memperkuat ketahanan pasokannya,” ujar Tan.

Untuk mendukung efisiensi, pemerintah meluncurkan skema insentif senilai 44 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 500 miliar bagi dua proyek pembangkit gas generasi lanjut (advanced natural gas power plants) yang lebih hemat emisi.

Penerima insentif adalah Keppel Electric dan Sembcorp Cogen, yang akan mengoperasikan dua unit pembangkit tersebut pada akhir 2026.

“Skema ini merupakan bagian dari upaya kami mendorong inovasi pembangkit yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Kedua proyek ini akan menjadi pembangkit gas paling canggih di Singapura,” kata Tan.

Selain pembangkit yang berteknologi mutakhir, Singapura juga baru saja mengembangan FSRU. Lewat Singapore GasCo, badan khusus yang dibesut pemerintah Singapura untuk menjaga ketahanan energi, GasCo menjamin pasokan gas.

“Dengan GasCo, kita memastikan pasokan gas tetap terjamin, tidak bergantung pada satu sumber atau indeks tunggal. Ini penting bagi stabilitas sistem energi nasional,” jelas Tan.

Langkah ini diperkuat dengan pembangunan floating storage and regasification unit (FSRU) pertama Singapura yang menjadi bagian dari terminal LNG kedua. Proyek tersebut baru saja memasuki tahap steel-cutting ceremony dan ditargetkan beroperasi pada 2030.

Saat terminal baru ini beroperasi, kapasitas impor LNG Singapura akan meningkat 50 persen menjadi 15 juta ton per tahun (MTPA), memperluas jangkauan impor dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Qatar, dan Australia

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |