TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku didekati banyak pihak setelah menetapkan tarif impor kepada semua mitra dagang negaranya. Dia mengatakan bahwa sejumlah negara sedang berusaha menawarkan banyak hal agar tarif resiprokal atau tarif timbal balik yang diumumkannya pada Rabu, 2 April 2025 lalu dibatalkan.
“Kalian tahu, mereka sangat ingin membuat kesepakatan, ‘Tolong, tolong, aku akan melakukan apa saja, aku akan melakukan apa saja, Tuan’,” kata Trump dalam jamuan makan malam Partai Republik, Rabu, 9 April 2025, seperti dilihat dari akun YouTube organisasi nirlaba PBS NewsHour.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia juga mengejek para politikus Partai Republik yang berupaya agar Kongres Amerika Serikat ikut membantu soal penerapan bea masuk ke sejumlah negara. Dia menegaskan bahwa Kongres tidak akan mampu berunding seperti dirinya.
“Kalian tidak bisa bernegosiasi seperti saya. Tidakkah kalian melihatnya hari ini, kita harus terlibat dalam negosiasi tarif,” ucap Trump.
Dia pun mengecam berbagai kritikan yang datang silih berganti dari berbagai penjuru dunia terkait kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Kendati demikian, dia tetap percaya diri dengan kemampuannya dan mengklaim tahu apa yang harus dilakukan di masa kini maupun yang akan mendatang.
“Saya tahu apa yang saya lakukan, dan kalian juga tahu dengan apa yang saya lakukan. Itulah mengapa kalian memilih saya,” ujar Trump.
Sebelumnya, Trump telah mengumumkan tarif resiprokal terhadap sejumlah mitra dagang AS pada Rabu pekan lalu. Dia juga menerapkan kombinasi tarif universal setidaknya 10 persen untuk hampir seluruh barang yang masuk dari negara lain ke Negeri Paman Sam.
“Kebijakan Amerika Serikat adalah menyeimbangkan kembali arus perdagangan global dengan mengenakan bea masuk tambahan pada semua barang impor dari semua mitra dagang, kecuali sebagaimana ditentukan lain di sini. Bea masuk tambahan pada semua impor dari mitra dagang dimulai 10 persen,” kata Trump melalui Perintah Eksekutif (Executive Order), Rabu, 2 April 2025, seperti dilansir dari laman Gedung Putih.
Setelah diumumkan, sejumlah negara berusaha melakukan negosiasi dengan mengirimkan surat hingga menerbangkan delegasi langsung ke Amerika Serikat, termasuk Indonesia. Tidak sedikit pula yang memilih untuk menempuh tindakan balasan atau retaliasi, seperti yang dilakukan Kanada, Cina, dan Uni Eropa.
Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina kini semakin memanas. Kedua negara enggan untuk berdamai dan mematok tarif semakin tinggi hingga ratusan persen.