Produk Bambu Mojorejo Tampil di World Muslim Scout Jamboree

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesempatan besar hadir bagi pengrajin bambu Desa Mojorejo ketika mereka berpartisipasi dalam ajang internasional World Muslim Scout Jamboree di Cibubur.

Dalam kegiatan ini, mitra dari Komunitas Rumah Bambu dan Deling Studio tidak hanya memamerkan produk unggulannya, tetapi juga mendapat pendampingan komunikasi bisnis dari tim pengabdian Universitas Darussalam Gontor, khususnya oleh Bambang Setyo Utomo, M.I.Kom. dan Lathiefa Rusli, S.E., M.M.

Ajang jambore ini mempertemukan ribuan peserta dari berbagai negara. Bagi pengrajin Mojorejo, ini adalah momentum emas untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar yang lebih luas dan beragam. Stand pameran produk bambu Mojorejo menampilkan berbagai inovasi, mulai dari tas jinjing bambu, kotak kemasan ramah lingkungan, hingga anyaman modern dengan sentuhan desain kekinian.

Menurut Bambang Setyo Utomo, tantangan utama bukan hanya pada kualitas produk, tetapi bagaimana pengrajin bisa mempresentasikan produknya secara meyakinkan di hadapan calon konsumen internasional.

“Komunikasi bisnis adalah keterampilan penting. Produk bagus bisa kehilangan peluang jika tidak disampaikan dengan tepat. Karena itu, pendampingan kami fokus pada cara berbicara, menjawab pertanyaan, dan membangun kepercayaan dengan calon klien,” jelasnya.

Selama kegiatan, pengrajin dilatih langsung menghadapi pengunjung stand. Mereka belajar memperkenalkan diri, menjelaskan keunggulan produk, hingga mengaitkan nilai-nilai tradisi Mojorejo dengan kebutuhan pasar modern. Lathiefa Rusli menambahkan bahwa setiap interaksi adalah kesempatan untuk membangun citra merek.

“Konsumen ingin mendengar cerita di balik produk. Itulah yang membedakan kerajinan tangan dari produk pabrikan,” katanya.

Pendampingan juga mencakup strategi sederhana dalam negosiasi harga dan membaca kebutuhan calon pembeli. Misalnya, saat ada pengunjung dari Malaysia yang tertarik pada tas bambu, pengrajin diajarkan untuk menekankan aspek ramah lingkungan sekaligus menegaskan nilai fungsionalnya. Dengan pendekatan ini, interaksi bisnis terasa lebih personal dan meyakinkan.

Salah seorang pengrajin, Ibu Marni, mengaku mendapat pengalaman berharga dari pendampingan ini. “Biasanya kami hanya menunggu pembeli datang ke rumah produksi. Di sini, kami benar-benar belajar menawarkan produk dengan percaya diri. Rasanya bangga bisa bicara langsung dengan tamu dari luar negeri,” ujarnya dengan wajah sumringah.

Suasana stand Kampoeng Bamboe Mojorejo selama jambore ramai dikunjungi. Beberapa produk bahkan habis terjual sebelum acara berakhir. Lebih dari itu, pengrajin berhasil menjalin kontak dengan beberapa organisasi kepanduan dari Asia Tenggara yang berminat melakukan pemesanan dalam jumlah besar. Hal ini menjadi sinyal bahwa produk bambu Mojorejo punya peluang besar menembus pasar ekspor.

Acara ini juga menjadi ajang uji coba penerapan brand yang sebelumnya telah dirintis. Logo dan nama brand ditampilkan pada spanduk, katalog kecil, dan kartu nama yang dibagikan kepada pengunjung. Kehadiran identitas visual membuat stand Mojorejo lebih profesional dan mudah dikenali di antara peserta pameran lain.

Kegiatan ditutup dengan sesi evaluasi bersama. Tim pengabdian mencatat bahwa kemampuan komunikasi pengrajin meningkat signifikan. Meski masih perlu latihan lebih lanjut, kepercayaan diri mereka sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelum mendapat pendampingan. Bambang Setyo Utomo menegaskan bahwa pengalaman di jambore ini hanyalah awal.

“Ke depan, pengrajin harus terus berlatih komunikasi bisnis, karena pasar tidak hanya menilai produk, tetapi juga bagaimana kita membawanya,” ujarnya.

Dengan suksesnya pendampingan komunikasi bisnis di ajang internasional ini, Desa Mojorejo semakin menegaskan diri sebagai desa binaan yang siap naik kelas. Pengrajin tidak hanya menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga mampu berinteraksi dengan pasar global secara profesional.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |