TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia membutuhkan tambahan anggaran sekitar US$ 84 miliar atau setara dengan Rp 1,370 kuadriliun (kurs Rp16.310 per dollar AS) agar bisa menyamai standar kualitas layanan Kesehatan Malaysia.
Budi mengatakan angka tersebut merupakan jumlah yang sangat banyak, bahkan hampir tiga kali lipat dari anggaran Kementerian Kesehatan saat ini. Padahal, dia bercerita, kebutuhan belanja sektor kesehatan di Indonesia terus meningkat secara tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertumbuhan pengeluaran kesehatan ini selalu melampaui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kita," kata Budi dalam forum 2025 APAC Health and Life Sciences Summit – Spotlight Indonesia di Jakarta, sebagaimana dikutip dari laman Kementerian Kesehatan pada Rabu, 4 Juni 2025.
Dengan kondisi fiskal tersebut, menurut Budi, perlu ada tranformasi teknologi alat kesehatan guna menyediakan layanan kesehatan yang lebih efisien. “Kalau kita terus menambah belanja tanpa efisiensi, sistem ini tidak akan bertahan. Kita ibarat rumah tangga yang pengeluarannya naik 50 persen, tapi penghasilan hanya naik 8 persen. Ini jelas tidak seimbang,” kata dia.
Budi mencontohkan, salah satu teknologi yang bisa diadopsi adalah PCSK9 inhibitor, obat kolesterol generasi baru yang cukup disuntikkan satu kali tapi terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol secara signifikan. Budi menyebut obat ini direncanakan akan mulai digunakan di 500 rumah sakit di seluruh Indonesia.
"Ini solusi yang lebih efisien dibandingkan terapi konvensional yang mahal dan harus dikonsumsi setiap hari," tuturnya.
Selain itu, Menteri Kesehatan itu juga menyoroti potensi teknologi lain seperti bedah robotik dan kecerdasan buatan (AI). Menurut dia, teknologi ini dapat mempercepat diagnosis, mempersingkat waktu operasi, dan mengurangi masa rawat inap yang pada akhirnya menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.
“Teknologi tidak hanya membantu dokter, tetapi juga menyelamatkan anggaran negara. Kita harus mulai berpikir membangun sistem yang cerdas, bukan sekadar besar,” ucap Budi.
Untuk mewujudkan konsep tranformasi layanan kesehatan tersebut, Budi memprediksi total belanja sektor kesehatan Indonesia akan mencapai US$ 240 miliar atau sekitar Rp 3,914 kuadriliun dalam lima tahun ke depan. Kemudian sepertiga dari anggaran tersebut akan dialokasikan untuk pengadaan alat kesehatan dan pengembangan teknologi medis.