Memelihara Keasrian Pulau Kelapa Dua dengan Bank Sampah

6 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Hamparan air laut jernih berwarna biru kehijauan terlihat sejauh mata memandang dari dermaga Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu. Kondisi laut yang bersih itu terjadi bukan tanpa sebab, melainkan mulai tercipta sejak berdirinya bank sampah di sana pada 2019 lalu.

Ketua bank sampah Kelapa Dua, Nuryanah, mengungkapkan, tujuh hingga sepuluh tahun yang lalu, kondisi kebersihan laut Pulau Kelapa Dua berbeda dengan yang dapat dilihat di hari ini. “Biasanya sih dulu, sebelum ada bank sampah, orang buang (sampah) ke laut atau dijadikan timbunan buat bangun rumah,” kata dia saat ditemui Tempo di sekretariat bank sampah, Kamis, 24 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo berkesempatan menyambangi salah satu dari rangkaian pulau di Kepulauan Seribu itu bersama tim Wahana Visi Indonesia (WVI). Dari pengamatan di lokasi, tidak sampah sampah terserak di laut maupun di jalan setapak menuju sekretariat bank sampah.

Nuryanah mengatakan, usaha yang ia dan timnya lakukan selama enam bulan berturut-turut sejak dibentuknya bank sampah, perlahan berbuah manis. Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan berangsur berkurang.

Anggota bank sampah yang mayoritas adalah ibu rumah tangga, terus memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengumpulkan dan memilah sampah. Hingga hari ini, tercatat sudah 106 dari 166 keluarga di Pulau Kelapa Dua menjadi nasabah bank sampah. “Hampir seluruh warga di pulau ini ikut berkontribusi,” ujarnya.

Di samping mengingatkan akan dampak baiknya memilah sampah terhadap lingkungan tempat mereka tinggal, tak lupa mereka sampaikan bahwa tumpukan sampah tersebut juga memiliki nilai ekonomis. Nuryanah memaparkan terdapat perbedaan nilai tukar untuk jenis limbah yang berbeda. “Tergantung jenis. Kalau untuk botol plastik bersihnya Rp 1.500 per kilo, kalau sudah dipilah itu kami belinya Rp 2.500,” katanya.

Sementara itu, untuk sampah besi dihargai Rp 2.000 untuk setiap kilogramnya. Namun, apabila masyarakat memiliki inisiatif membawa rongsok besi yang mereka miliki secara mandiri, bank sampah akan memberi imbalan dengan membayar lebih menjadi Rp 2.500 per kilogram. “Kalau yang paling tinggi harganya itu sampah aluminium, kami belinya Rp 7.000 per kilo. Nah, yang murah itu kardus, Rp 500 per kilo,” tutur perempuan 34 tahun itu.

Di samping itu, kebersihan laut Pulau Kelapa Dua turut berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan. "Sangat berdampak sekali untuk peningkatan wisatawan. Setelah ada bank sampah, lingkungan juga jadi bersih, warganya juga jadi lebih peduli sama lingkungan," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, PJLP Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Zaenal Abidin, mengatakan bank sampah yang ia dampingi itu bisa mereduksi 600 hingga 700 kilogram sampah untuk dijemput pengepul setiap bulannya. Jumlah reduksi yang cukup tinggi itu menjadi salah satu faktor bank sampah Kelapa Dua mendapat penghargaan sebagai bank sampah terbaik di seluruh provinsi Jakarta. “Itu karena tertib administrasi, gedung ada, nasabahnya banyak, dan reduksinya pun lumayan,” ujar dia.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |