Mahasiswa Unair Raih Prestasi Global Youth Lewat Inovasi Minyak Jelantah

9 hours ago 3

Afzal melihat belum ada sistem yang memfasilitasi masyarakat untuk mendaur ulang minyak jelantah secara sistematis dan berkelanjutan.

26 April 2025 | 09.21 WIB

Mochammad Afzal Iftikharus Sadat Ramadhan, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair). Dok. Humas Unair

Mochammad Afzal Iftikharus Sadat Ramadhan, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair). Dok. Humas Unair

TEMPO.CO, Jakarta - Mochammad Afzal Iftikharus Sadat Ramadhan, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), terpilih sebagai salah satu peserta Global Youth Innovation Summit yang digelar di Singapura dan Malaysia dari hasil inovasi minyak jelantah.

Akrab disapa Afzal, ia bersama timnya berhasil meraih 2nd Place untuk kategori SDGs Project Video dengan topik lingkungan. Mereka mengangkat inovasi bertajuk “Oil Chemy”, sebuah prototipe alat penampung minyak jelantah dengan sistem pemindaian barcode untuk pengumpulan poin, sekaligus menjawab masalah limbah minyak yang belum diatur dalam regulasi nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau ada kesempatan, kenapa tidak mencoba? Kadang kita terlalu banyak berpikir dan takut gagal, padahal mencoba itu adalah langkah pertama dari perubahan,” ujar Afzal melalui keterangan tertulis, Sabtu, 26 April 2025. 

Dari Limbah Jadi Peluang

Afzal mengatakan proyek “Oil Chemy” lahir dari keprihatinan terhadap maraknya limbah minyak goreng bekas di kota-kota besar, terutama Jakarta. Menurut Afzal, selama ini belum ada sistem yang memfasilitasi masyarakat untuk mendaur ulang minyak jelantah secara sistematis dan berkelanjutan.

Prototipe yang ia dan tim rancang tak hanya menjadi alat penampung, tetapi juga terintegrasi dengan teknologi sederhana seperti QR Code yang dapat menampilkan poin bagi pengguna. Konsep ini dirancang dalam format Business Model Canvas, lengkap dengan rencana konversi minyak menjadi sabun dan pengharum ruangan ramah lingkungan.

Tantangan Tim Multigenerasi

Menariknya, dalam tim beranggotakan lima orang tersebut, Afzal harus berkolaborasi dengan siswa SMA yang belum akrab dengan konsep SDGs. Alih-alih menjadi kendala, kondisi ini ia jadikan tantangan edukatif. “Saya harus belajar menjelaskan ulang konsep yang selama ini biasa saya pakai di kampus. Ini bukan cuma lomba, tapi proses pembelajaran dua arah,” katanya.

Ia mengaku banyak belajar tentang komunikasi lintas usia dan bagaimana menyederhanakan ide kompleks agar bisa dipahami semua kalangan.

Tidak hanya membawa pulang penghargaan, Afzal juga berhasil masuk dalam Top 10 Special Partial Funded Delegate, menandakan pengakuan internasional atas gagasannya. Sebagai mahasiswa yang baru pertama kali mengikuti ajang internasional, Afzal menekankan pentingnya keberanian untuk keluar dari zona nyaman.

Public speaking, koordinasi, desain presentasi, semua saya pelajari secara on the spot. Pengalaman ini bukan soal menang, tapi soal membentuk diri agar siap menyambut tantangan global,” ucapnya.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |