Kronologi 79 Siswa Cianjur Keracunan Ayam Suwir MBG

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menetapkan Kejadian Luar Biasa atau KLB karena 176 warga termasuk 78 siswa keracunan setelah menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga sebagian besar mendapat perawatan di rumah sakit.

"Warga yang mengalami keracunan selama dua hari terakhir sekitar 176 orang dengan rincian 23 siswa SMP PGRI 1, 55 siswa MAN I Cianjur dan 98 warga Kecamatan Mande," kata Kepala Dinkes Cianjur Yusman Faisal di Cianjur, Selasa, 22 April 2025, seperti dikutip Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara warga Kecamatan Mande mengalami keracunan massal setelah menyantap hidangan yang disuguhkan dalam acara hajatan salah seorang warga pada Senin, 21 April 2025. Insiden siswa keracunan juga terjadi pada Senin. 

Selama masa KLB, Dinkes memaksimalkan penanganan terhadap korban yang sudah terdata, baik yang masuk ke rumah sakit ataupun dirawat di rumah. Tim dari setiap puskesmas mendatangi setiap korban untuk memantau perkembangan kondisi kesehatannya secara rutin hingga dipastikan sudah kembali pulih seperti semula.

"Informasi terbaru kondisi korban keracunan mulai membaik dan mendapat pengawasan dari tenaga kesehatan di masing-masing puskesmas," katanya.

Kepolisian Resor Cianjur memeriksa 10 orang terkait keracunan yang menimpa puluhan siswa dari dua sekolah di Cianjur setelah menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kasat Reskrim Polres Cianjur Ajun Komisaris Tono Listianto di Cianjur, Rabu, mengatakan polisi mendatangi lokasi, termasuk dapur MBG yang memproduksi masakan di Kecamatan Cianjur, untuk mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.

"Kami sudah meminta klarifikasi dan keterangan dari 10 orang mulai dari penanggung jawab CV, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Cianjur, Ahli Gizi SPPG, tiga orang staf, tim pengemas, dan dua orang kurir pengantar makanan," katanya.

Untuk memastikan penyebab keracunan masal tersebut, polisi berkoordinasi dengan berbagai pihak mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dan Labkesda Provinsi Jawa Barat, guna melakukan pemeriksaan cepat sampel makanan yang telah disita.

Saat ini dalam penanganan dan penyelidikan kasus keracunan tersebut, pihaknya mengedepankan praduga tidak bersalah, serta menunggu hasil uji laboratorium yang sedang dilakukan.

"Kami tunggu hasil pemeriksaan laboratorium keluar guna memastikan penyebab keracunan dan segera kami informasikan kembali kalau sudah ada hasil pemeriksaan," katanya.

Ayam Suwir Basi

Kepala Sekolah MAN I Cianjur Erma Sopiah mengatakan 800 murid yang menyantap hidangan MBG pada pukul 12.00 WIB. Sore hari, ada sembilan siswa mengeluh pusing, mual, dan muntah, hingga menjalani perawatan di sekolah.

Namun jumlah yang mengeluh terus bertambah, sehingga mereka lagsung dibawa ke rumah sakit.

Sementara siswa yang mengalami keracunan M Raihan, 16 tahun, menjalani perawatan di rumah, mengatakan sempat mencium bau tidak sedap dari daging ayam suwir yang menjadi salah satu menu dalam paket MBG yang dihidangkan.

"Satu kelas 36 orang mendapat jatah MBG pada siang hari, saya sempat mencium bau tidak sedap dari ayam suwir yang menjadi lauk, selang beberapa jam setelah menyantap makanan tersebut, saya merasa pusing, mual dan muntah," katanya.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengunjungi para siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara karena keracunan setelah menyantap MBG.

"Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tetapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Dadan menyebutkan kunjungan tersebut merupakan bentuk empati dan tanggung jawab langsung dari BGN atas peristiwa yang menimpa anak-anak di sekolah tersebut, dan menegaskan pihaknya akan memperbaiki keamanan MBG, serta memprioritaskan kesehatan seluruh penerima manfaat.

"Saya sangat prihatin dan ikut merasakan kekhawatiran para orang tua. Anak-anak adalah masa depan bangsa dan kesehatan mereka adalah prioritas utama kami," katanya.

Ia menambahkan BGN saat ini tengah menunggu hasil laboratorium dari sampel makanan yang dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui penyebab pasti gangguan kesehatan tersebut. Hasil analisis dijadwalkan keluar dalam waktu 7–10 hari.

"Kami tidak ingin berspekulasi. Yang terpenting saat ini adalah memastikan anak-anak mendapatkan perawatan terbaik dan menjadikan kejadian ini sebagai pembelajaran besar untuk perbaikan sistem ke depan," ucapnya.

Dadan mengatakan, meskipun pengolahan makanan di dapur penyedia MBG telah mengikuti standar yang ditetapkan, evaluasi menyeluruh akan tetap dilakukan, mulai dari manajemen dapur, penyimpanan bahan pangan, hingga pengantaran ke sekolah.

Menurutnya, perbaikan gizi melalui program MBG adalah investasi penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, karena gizi yang baik terbukti mendukung kesehatan fisik, perkembangan otak, serta kecerdasan, dan daya pikir anak di usia sekolah.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |