Kisah Penyintas Cilik dari Video Viral Kobaran Api Serangan Israel

1 day ago 4

DALAM kegelapan, api menerangi langit malam di atas Gaza ketika seorang gadis kecil, yang baru berusia enam tahun, muncul dari reruntuhan sekolah yang berubah menjadi tempat penampungan yang dihantam serangan udara Israel. Serangan Israel yang terjadi tanpa peringatan itu melalap bangunan tersebut dengan api, menjebak keluarga-keluarga yang mengungsi ke sana untuk menyelamatkan diri dari perang yang sedang berlangsung.

Ward Al-Sheikh Khalil, anak yang selamat, terlihat dalam video viral yang mengerikan berjalan melewati puing-puing, siluet kecilnya dibingkai oleh sisa-sisa pembakaran yang dulunya merupakan tempat yang aman. Udara pekat dengan asap dan tanah penuh dengan reruntuhan, CBS melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembali ke lokasi bencana, Ward menemukan salah satu sandal jepit milik saudara perempuannya di antara abu. Saat ditemui Al Jazeera, Ward menatap kamera namun matanya tidak fokus saat ia harus mengingat kengerian malam itu. Sebelum serangan terjadi ia sedang tidur. Namun ia terbangun dan menemukan api yang sangat besar. “Saya melihat ibu saya sudah meninggal,” katanya saat bercerita tentang kengerian malam itu, yang menewaskan ibu, dua saudara kandungnya dan 33 orang lain.

Rekaman Video yang Mengejutkan Dunia

Rekaman video Ward yang berusia enam tahun, tubuh kecilnya yang bersiluet di tengah kobaran api setelah serangan terhadap Sekolah Fahmi al-Jarjawi di Kota Gaza, telah mengejutkan banyak orang di seluruh dunia, dan menyoroti keganasan serangan Israel ke Gaza.

Laporan Al Jazeera menyebutkan ayah dan saudara laki-laki Ward juga selamat dari serangan tersebut, namun keduanya masih dirawat di rumah sakit di Gaza. Sekolah tersebut telah melindungi beberapa keluarga, termasuk banyak anak-anak, ketika menjadi sasaran tembakan Israel.

Diliputi kesedihan, ia pun menangis. Sambil terisak, ia menceritakan saat roket itu menghantam: "Mereka semua meninggal setelah roket jatuh di atas mereka. Roket itu jatuh dan tempat itu terbakar. Dia menggambarkan bagaimana api memenuhi langit dan tanah, dan bagaimana dia tertidur sebelum terbangun karena kekacauan dan berhasil keluar dari kobaran api.

Upaya Keluar dari Kobaran Api

Ia kemudian mengisahkan usahanya untuk bisa keluar dari “neraka” tersebut. "Saya berjalan di dalam api agar bisa melarikan diri. ... Saya berada di dalam api, dan langit-langit menimpa saya. Langit-langit semuanya runtuh. Api berkobar-kobar," kata Ward. Kesedihan terdengar jelas dalam suaranya. "Lihat, lengan saya terbakar di sini," katanya, sambil menunjukkan kepada kamera lukanya.

Ward terisak saat menjelaskan apa yang terjadi pada keluarganya: "Mereka menjadi martir. Semoga Tuhan mengampuni mereka."

Rekaman yang diambil dari sekolah setelah serangan itu menunjukkan dinding berlumuran darah dan kasur-kasur hangus tergeletak di lantai ketika petugas penyelamat dan kerabat yang putus asa mencari di antara reruntuhan dan pakaian yang terbakar untuk mencari tanda-tanda korban yang selamat.

Pamannya, Eyad al-Sheikh Khalil, bergegas ke sekolah tersebut setelah melihat fotonya secara online. Ia sedang melihat foto-foto yang diunggah para jurnalis. “Saya melihat foto Ward bersama Pertahanan Sipil dan menyadari bahwa itu adalah keponakan saya," katanya tentang foto Ward yang sedang dihibur oleh petugas penyelamat di dekat sekolah, dengan pita terang di rambutnya yang kusam karena abu dari kebakaran.

Pengalaman mengerikan semacam itu meninggalkan jejak dalam di diri Ward. "Ketika seseorang keluar dari serangan seperti ini, dalam perang seperti ini, apa yang Anda harapkan dari seorang anak kecil?" Eyad bertanya. "Tentu saja dia akan menderita secara mental. Kita semua menderita secara mental."

Ward dan keluarganya tinggal di sekolah tersebut bersama banyak pengungsi lain. "Tak terlukiskan," kata seorang korban selamat yang ditarik dari reruntuhan bersama putranya kepada tim penyelamat. "Potongan tubuh, tubuh yang hangus, bau terbakar. Saya bersumpah demi Tuhan, hati kami telah mati. Kami terguncang, kelelahan. Cukup."

Sekolah Jadi Sasaran Empuk Israel

Sekolah-sekolah telah menjadi tempat tinggal bagi para pengungsi setelah rumah-rumah mereka dihancurkan oleh serangan-serangan udara Israel. Banyak dari sekolah itu yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak dimulainya perang Israel di daerah kantong tersebut pada Oktober 2023.

Pada 7 Mei, pasukan Israel menargetkan satu sekolah yang menampung 2.000 warga Palestina dua kali pada hari yang sama, menewaskan sedikitnya 29 warga sipil di kamp pengungsi Bureij, termasuk perempuan dan anak-anak.

Menurut UNRWA, badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, hampir tiga perempat dari seluruh bangunan sekolah di Gaza telah terkena dampak langsung dari serangan Israel sejak Oktober 2023. Menurut penilaian berbasis satelit PBB, 95 persen sekolah di Gaza mengalami kerusakan, sehingga sebagian besar tidak dapat digunakan.

Tempat penampungan yang dikelola PBB sekarang "kewalahan dengan para pengungsi yang putus asa mencari tempat yang aman", kata UNRWA dalam sebuah info pembaruan setelah serangan terhadap Sekolah Fahmi al-Jarjawi. UNRWA juga menekankan bahwa kurangnya makanan di Gaza akibat pengepungan selama tiga bulan yang diberlakukan oleh Israel di wilayah tersebut telah menambah penderitaan masyarakat.

Serangan tersebut merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas yang telah berulang kali menyerang wilayah sipil di Gaza, termasuk lokasi-lokasi yang ditetapkan sebagai tempat penampungan. Para pejabat Israel selalu berdalih target mereka adalah para militan. Namun, tuduhan itu tidak pernah terbukti dan malah menyasar warga sipil seperti keluarga Ward sangatlah besar. Perang telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas atau terluka, dan anak-anak menanggung penderitaan yang tidak proporsional.

Kisah Ward adalah salah satu kisah tentang bertahan hidup melawan rintangan yang luar biasa, hidupnya selamanya berubah karena kehilangan dan trauma yang ditimbulkan dalam satu malam kekerasan. Saat ia berjalan menjauh dari tempat penampungan yang terbakar, siluet tubuh kecilnya di tengah kobaran api menjadi simbol dari korban jiwa yang tak terhingga dari konflik tersebut.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |