Khamenei Jawab Ancaman Trump: Iran akan Membalas Jika Dibom AS

1 day ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjawab ancaman Presiden AS Donald Trump. AS tak segan mengebom Iran kecuali Teheran mencapai kesepakatan nuklir baru dengan Washington.

Dilansir dari Reuters, Trump mengulangi ancamannya pada Minggu, 30 Maret 2025. Iran akan dibom jika tidak menerima tawarannya untuk berunding yang disebut dalam surat kepada pimpinan Iran pada awal Maret. Iran diberi waktu oleh AS selama dua bulan untuk membuat keputusan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iran mengeluarkan peringatan pada Senin tentang ancaman Trump terhadap kedutaan besar Swiss, yang mewakili kepentingan AS dan bertindak sebagai perantara antara Washington dan Teheran. Dalam peringatannya, Teheran bertekad menanggapi dengan tegas setiap ancaman.

"Permusuhan AS dan Israel selalu ada. Mereka mengancam akan menyerang yang menurut kami tidak mungkin terjadi, tetapi jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima pukulan balasan yang kuat," kata Khamenei.

"Dan jika mereka berniat untuk menimbulkan kerusuhan di dalam negeri seperti tahun-tahun sebelumnya, rakyat Iran sendiri yang akan menghadapinya," katanya. 

Pihak berwenang Iran menyalahkan Barat atas kerusuhan baru-baru ini termasuk protes pada 2022-2023 atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan. Amini adalah seorang wanita muda yang ditahan karena diduga melanggar aturan jilbab, dan protes nasional pada tahun 2019 atas kenaikan harga bahan bakar.

Pekan lalu Iran menanggapi surat AS tersebut. Presiden Masoud Pezeshkian menjelaskan pada hari Minggu bahwa Teheran tidak akan bernegosiasi langsung dengan Washington tetapi. Namun Iran bersedia melanjutkan pembicaraan secara tidak langsung sesuai dengan perintah dari Khamenei.

"Ancaman terbuka pemboman oleh seorang kepala negara terhadap Iran merupakan penghinaan yang mengejutkan terhadap hakikat perdamaian dan keamanan internasional," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei dalam cuitannya pada Senin, 31 Maret 2025.

"Kekerasan melahirkan kekerasan, perdamaian melahirkan perdamaian. AS dapat memilih jalannya dan menerima konsekuensinya."

Komandan Dirgantara Garda Revolusi Amirali Hajizadeh mengancam pasukan AS di Timur Tengah. Ia mengatakan bahwa Amerika memiliki sedikitnya 10 pangkalan di wilayah tersebut dengan 50.000 tentara. "Mereka berada di rumah kaca dan tidak boleh melempar batu," kata Hajizadeh.

Saat menjabat pada 2017-21, Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia yang memberlakukan batasan ketat pada aktivitas nuklir Teheran yang disengketakan. Imbalannya adalah keringanan sanksi. Trump juga memberlakukan kembali sanksi AS yang luas.

Semenjak itu, Iran telah jauh dalam memperkaya uraniumnya, melampaui batasan kesepakatan tersebut. Negara-negara Barat menuduh Iran memiliki agenda rahasia untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian fisil yang tinggi. Uranium ini bisa menjadi bahan baku untuk program energi atom sipil. Teheran membantah dengan mengatakan program nuklirnya untuk tujuan energi sipil.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |