Kenapa Gajah Memiliki Kuping yang Lebar? Ini Jawabnya

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Gajah dikenal sebagai hewan dengan telinga terbesar di kerajaan hewan. Namun, ukuran telinga raksasa itu bukan sekadar penanda fisik sang gajah, melainkan memiliki peran penting dalam menjaga suhu tubuh mereka tetap stabil.

Gajah Afrika (Loxodonta africana) memiliki telinga yang dapat tumbuh hingga 2 meter panjangnya dan 1,2 meter lebarnya. Sementara kuping gajah Asia (Elephas maximus) berada di bawah ukuran gajah Afrika dengan bentuk yang lebih bulat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara umum, kuping gajah bisa mencapai 17 persen dari panjang tubuhnya. Secara proporsi, itu memang bukan yang terbesar karena ada jerboa bertelinga panjang (Euchoreutes naso) yang lebih tinggi proporsi ukuran kupingnya. Namun, tetap saja, kuping gajah tergolong besar.

Menurut ahli paleontologi vertebrata dari University of Michigan, AS, William Sanders, gajah membutuhkan daun telinga yang besar sebagai alat pendingin alami. Tapi bukan seperti fungsi sebagai kipas tangan.

“Hewan sebesar itu menghasilkan banyak panas, terutama di sabana, hutan, dan padang rumput yang panas —tempat mereka hidup. Tapi berbeda dengan manusia, gajah sebenarnya tidak berkeringat,” kata Sanders dikutip dari laporan Live Science.

Sebagai pengganti mekanisme keringat, dia menjelaskan, gajah memiliki rambut tubuh yang sangat sedikit dan telinga besarnya itu yang berperan sebagai alat pendingin. Telinga ini dipenuhi pembuluh darah besar yang membantu mengatur suhu tubuh gajah.

Advait Jukar, kurator asisten paleontologi vertebrata di Florida Museum of Natural History, AS, menerangkan, “Ketika tubuh hewan ini menjadi sangat panas, ia dapat memaksa darah mengalir ke telinganya, lalu mulai mengibaskannya.” Menurut Jukar, telinga gajah memiliki kulit yang sangat tipis dan dilalui oleh pembuluh darah besar, memungkinkan mereka mengalirkan hingga 20 persen dari darah tubuh melalui telinganya.

Semakin besar ukuran telinga, semakin luas permukaan yang bisa melepaskan panas ke udara. Darah hangat yang mengalir ke telinga akan melepaskan panas ke lingkungan, dan darah yang lebih sejuk kembali bersirkulasi ke tubuh, menurunkan suhu tubuh secara keseluruhan. Gajah juga bisa memperbesar atau mengecilkan pembuluh darah tergantung suhu lingkungan.

Menurut Sanders dan Jukar, teori ini juga didukung oleh bukti fosil. Ketika mammoth—kerabat gajah modern—berevolusi di Afrika dan berpindah ke wilayah beriklim dingin, ukuran telinga mereka berangsur menyusut.

“Kita tahu dari mumi mammoth berbulu yang ditemukan di Siberia, misalnya, bahwa telinga mereka jauh lebih kecil dibandingkan dengan gajah Afrika yang hidup di sabana,” ujar Sanders. “Yang lebih penting bagi mereka adalah memiliki bulu, kan? Mereka berbulu karena alasan tertentu, yaitu untuk menjaga panas tubuh mereka. Jadi justru sebaliknya.”

Selain untuk mendinginkan tubuh, telinga gajah juga tetap berperan dalam komunikasi dan pendengaran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa telinga tersebut dapat membantu mengarahkan gelombang suara berfrekuensi rendah.

Dengan telinganya, gajah juga dapat merasakan getaran melalui kaki mereka dengan bantuan reseptor khusus bernama Pacinian corpuscles, memungkinkan mereka merasakan komunikasi jarak jauh. “Mereka tidak bisa memberi sinyal dengan melambaikan kaki depan seperti manusia, jadi mereka harus memberi sinyal dengan cara lain,” kata Sanders.

Ia menjelaskan bahwa telinga juga menjadi alat komunikasi visual. Misalnya, saat gajah merasa terancam dan bersiap menyerang, mereka akan mengangkat dan mengibaskan telinga untuk terlihat lebih besar. “Itu tanda bahwa mereka benar-benar marah. Dan saat itulah kamu sebaiknya langsung mundur dengan mobil atau segera meninggalkan tempat itu.” 

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |