Israel Larang Warga Gaza Dekati Lokasi Bantuan Kemanusiaan

3 months ago 15

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok yang didukung AS dan Israel yang mengoperasikan lokasi bantuan di Jalur Gaza mengumumkan penutupan sementara fasilitas tersebut pada Rabu, 4 Juni 2025. Militer Israel memperingatkan bahwa mendekati pusat distribusi itu dianggap sebagai zona pertempuran.

Pengumuman oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang dilansir dari Al Jazeera itu menyusul serangkaian insiden mematikan di dekat lokasi distribusi yang dioperasikannya yang telah memicu kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengeboman Israel pada hari Rabu menewaskan sedikitnya 16 orang di Jalur Gaza, termasuk 12 orang dalam satu serangan terhadap tenda yang menampung orang-orang terlantar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Selasa, 27 orang tewas di Gaza selatan ketika pasukan Israel melepaskan tembakan di dekat lokasi bantuan GHF. Militer mengatakan insiden tersebut sedang diselidiki.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk kematian orang-orang yang mencari bantuan pangan itu sebagai kejadian yang tidak dapat diterima. Ia mengutuk serangan terhadap warga sipil sebagai kejahatan perang menyusul insiden serupa di dekat lokasi yang sama pada hari Minggu.

Israel baru-baru ini melonggarkan blokade terhadap Gaza, tetapi PBB mengatakan seluruh penduduk di wilayah itu masih berisiko kelaparan.

GHF mengatakan pusat distribusinya akan ditutup untuk renovasi, reorganisasi, dan pekerjaan peningkatan efisiensi pada hari Rabu. Operasi akan dilanjutkan kembali pada hari Kamis. 

Militer Israel, yang mengonfirmasi penutupan sementara tersebut, memperingatkan agar tidak bepergian di jalan menuju pusat distribusi. Wilayah ini dianggap sebagai zona pertempuran.

GHF, yang secara resmi merupakan usaha swasta dengan pendanaan yang tidak transparan, mulai beroperasi seminggu yang lalu. PBB dan kelompok bantuan utama telah menolak untuk bekerja sama dengannya karena kekhawatiran bahwa itu dirancang untuk memenuhi tujuan militer Israel.

Pihak berwenang Israel dan GHF, yang menggunakan keamanan AS yang dikontrak, telah membantah tuduhan bahwa militer Israel menembaki warga sipil yang bergegas mengambil paket bantuan. Kekurangan pangan di Gaza telah memicu seruan internasional baru untuk mengakhiri perang. Namun perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas masih sulit dicapai.

Di sebuah rumah sakit di Gaza selatan, keluarga Reem al-Akhras, yang tewas dalam penembakan hari Selasa di dekat fasilitas GHF, sangat berduka. “Ia pergi membawakan kami makanan, dan inilah yang terjadi padanya,” kata putranya Zain Zidan, wajahnya berlinang air mata.

Suami Akhras, Mohamed Zidan, mengatakan setiap hari orang-orang tak bersenjata terbunuh. “Ini bukan bantuan kemanusiaan melainkan jebakan,” ujarnya. 

Dalam 24 jam terakhir, hampir 100 orang warga Palestina di Gaza tewas terbunuh. Israel menyerang sekolah yang menampung keluarga Palestina terlantar. Serangan itu menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk anak-anak, pada Rabu, kata otoritas kesehatan setempat.

Penduduk mengatakan militer Israel meningkatkan serangan udara dan penembakan tank di beberapa bagian Khan Younis. Serangan terjadi sehari setelah militer itu menyebarkan selebaran yang memperingatkan penduduk agar meninggalkan rumah mereka dan menuju ke barat, dengan mengatakan pasukan akan memerangi Hamas dan militan lain di daerah tersebut.

Pilihan editor: Elon Musk Pamitan ke Trump dengan Mata Lebam, Diisukan Narkoba

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |