TEMPO.CO, Jakarta - Deteksi sindrom autisme pada anak-anak Indonesia seringkali terlambat. Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso, seringkali sindrom Autisme baru terdeteksi saat anak sudah berumur 4 tahun.
"Padahal masa keemasan untuk intervensi dapat lebih dini, mungkin bisa sebelum tiga tahun," ujar Piprim dalam seminar bulan kesadaran Autisme, 'Screening dan Terapi Autisme Pada Anak' yang dilaksanakan secara daring, Selasa, 15 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Pimprim, keterlambatan diagnosa ini diakibatkan oleh beberapa kendala utama, seperti tempat screening autisme yang masih jarang dan antrian panjang yang harus dihadapi anak dengan sindrom autisme saat memerlukan penegakkan diagnosa.
Selain kendala utama sulitnya screening sindrom autisme di Indonesia, Piprim mengatakan soal kendala lanjutan dalam penanganan sindrom autisme pada anak. Masalah itu adalah kurangnya layanan kesehatan yang menyediakan terapi bagi sindrom autisme.
"Soal layanan terapi, kalau sudah terdiagnosis, lalu layanan terapinya dimana?ini juga masih menjadi kendala, masih menjadi antrian panjang untuk mendapatkan layanan terapi di rumah sakit," kata Piprim.
Terakhir, Piprim menyatakan masih banyak stigma yang berkembang dalam masyarakat tentang penyandang autisme dan keluarganya. "Bahkan di kalangan tenaga kesehatan sendiri masih ada kebingungan dalam mengenali gejala awal," kata dia.
Lantaran itu, menurut Piprim, diperlukan sinergi antara IDAI dengan dua unit kerja, yaitu Tumbuh Kembang Pra Sekolah (TPKS) sebagai garda terdepan untuk proses screening dan unit kerja neurologis yang menangani aspek neurobiologis anak dengan sindrom autisme.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas, autisme merupakan bagian dari jenis ragam disabilitas intelektual. Autisme atau gangguan spektrum autisme merupakan salah satu kelompok kondisi yang terkait dengan perkembangan otak.
Menurut lembar fakta dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karakteristik autisme dapat dideteksi sejak dini. Salah satu gejalanya menunjukkan beberapa tingkat kesulitan dalam interaksi sosial dan komunikasi. Tidak semua penyandang autisme hidup terisolasi, pada beberapa orang, autisme tidak mempengaruhi tingkat kemandirian.
Sementara, beberapa lainnya memiliki disabilitas berat dan memerlukan perawatan dan dukungan seumur hidup. Autisme juga sering kali berdampak pada kesempatan pendidikan dan pekerjaan.