Hari Ketiga Kemah Aliansi Mahasiswa UGM Diisi Musik Perlawanan hingga Membaca Tarot

7 hours ago 3

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta masih bertahan untuk berkemah hingga hari ketiga pada Jumat, 16 Mei 2025. Kemah mahasiswa di depan Balairung atau Gedung Rektorat UGM itu menyuarakan kekhawatiran masuknya militerisme ke kampus hingga tuntutan penyelesaian masalah kekerasan seksual di kampus biru itu.

Pilihan editor: Akar Masalah Mahalnya Uang Pangkal Kampus Negeri

“Ini okupasi lahan. Tujuannya memang mengganggu dan menekan rektorat agar memenuhi tuntutan,” kata perwakilan aliansi, Halimah, kepada Tempo pada Jumat, 16 Mei 2025.

Aliansi mahasiswa yang bertahan di tenda menggelar berbagai kegiatan seperti membaca, menulis jurnal, membuka lapak zine atau buletin, membaca tarot, bermain sepak bola, catur, kelas photoshop, pertunjukan musik perlawanan, menyalakan api unggun, dan bernyanyi dengan tajuk Acara Asik.

Melalui akun Instagram @aliansimahasiswaugm, mereka mengajak publik untuk datang bersolidaritas dan memanfaatkan kampus sebagai ruang publik yang mereka nilai telah mengalami privatisasi. 

Mereka juga menjelaskan sembilan tuntutan melalui Instagram dengan menyertakan foto Rektor UGM Ova Emilia. Selain mendesak pejabat rektorat menolak militerisme dan mereformasi penanganan kekerasan seksual, aliansi juga menuntut pejabat rektorat transparan ihwal penggunaan pungutan biaya pendidikan atau uang kuliah tunggal (UKT) dan iuran pengembangan institusi atau IPI.

Di samping itu, mahasiswa juga menuntut pencabutan berbagai kebijakan yang merugikan mahasiswa dan pekerja kampus karena efiensi anggaran pemerintah pusat.

Protes mahasiswa dengan cara berkemah sebagai aksi damai di depan Balairung telah berlangsung sejak Rabu, 14 Mei 2025. Sebelumnya, petugas keamanan, ketertiban, dan lingkungan UGM melarang aliansi berkemah di depan Balairung.

Petugas keamanan meminta agar mahasiswa tak berkemah di depan Balairung dengan alasan tempat tersebut harus steril dan sedang banyak kegiatan. “Petugas meminta kami berkemah di depan Grha Sabha Pramana atau GSP. Kami tidak mau karena rektorat simbol kekuasaan yang kami protes,” kata Halimah.

Terjadi saling dorong dan tarik menarik berbagai properti tenda seperti besi, tali, dan terpal tenda antara mahasiswa dan petugas keamanan pada sore ini. Pada saat yang sama, mahasiswa juga menggelar diskusi yang mengundang dua dosen UGM yang bergabung dalam Serikat Pekerja Universitas Gadjah Mada atau Sejagad.

Sebagian mahasiswa mengalami luka ringan di tangannya. Puluhan mahasiswa mempertahankan properti tersebut dan tetap membawanya ke depan Balairung. Mahasiswa tetap memasang tenda berukuran besar di depan Balairung pada malam hari di tengah guyuran hujan deras.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada Arie Sujito dan Sekretaris UGM Andi Sandi Antonius belum merespons pesan Tempo melalui WhatsApp ihwal tuntutan mahasiswa. Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada Arie Sujito menemui aliansi pada Rabu malam.

Pilihan editor: Rupa-rupa Bursa Calon Ketua Umum PSI Lewat Pemilu Raya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |