Guru Besar UPI Bicara Soal Kelulusan Siswa dari Sekolah di Barak Militer

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan pertama sekolah di barak militer yang berjumlah 273 siswa Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan atau SMA dan SMK di Jawa Barat telah dinyatakan selesai setelah mengikuti pendidikan selama dua pekan.

Guru besar program studi bimbingan dan konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Anne Hafina Adiwinata mengatakan kelulusan itu perlu dimaknai sebagai momentum keberhasilan siswa dalam melakukan perubahan. “Keberhasilan ini sebagai sense of glory yang menyadarkan dirinya bahwa mampu melakukan suatu proses dan berhasil,” katanya kepada Tempo, Kamis 22 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rasa berhasil itu menurutnya dapat menjadi energi bahwa siswa mampu melakukan perubahan dan menjadi lebih baik. Keberhasilan atau kemampuan melakukan perubahan itu dinilainya perlu dihargai dengan penguatan yang positif. “Guru perlu melakukan refleksi terhadap siswa untuk mengidentifikasi perubahan apa yang dialami siswa dari sisi pengetahuan, perasaan, dan bagaimana keterampilan yang diperoleh itu dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Anne.

Orang tua pun menurutnya perlu bertanya tentang perubahan apa yang dialami anaknya, mengapresiasi perubahan, dan bagaimana dapat meneruskan kebiasaan yang baik di rumah. Selain itu menanyakan dukungan apa yang ingin didapatkan dari orang tuanya. Anne mengatakan yang menjadi titik perhatian pada program sekolah di barak militer itu adalah masalah siswa yang perlu diidentifikasi  gejalanya. “Gejala sama tetapi masalahnya dapat berbeda,” kata dia. 

Dalam perspektif Bimbingan dan Konseling, siswa yang mengalami masalah atau krisis akan memberikan respons terhadap masalah yang dialaminya. Sekolah di barak menurut Anne dapat menjadi salah satu strategi untuk membantu siswa yang mengalami krisis. “Ketika dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat  menumbuhkan cara berfikir, cara merasa dan bertindak yang lebih baik dan disadari,” ujarnya.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan program itu rencananya akan dikembangkan menjadi Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa dan akan lebih terbuka untuk bekerja sama dengan pihak lain. Pesertanya selain pelajar bermasalah juga boleh diikuti siswa lain untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa dan negara. "Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat itu dengan rasa, bukan urusan administrasi kewilayahan. Banyak orang meragukan, akhirnya waktu yang menjawab," ujarnya lewat keterangan tertulis, Selasa 20 Mei 2025.

Kelulusan 273 siswa sekolah di barak militer angkatan pertama itu bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional Ke-117 pada 20 Mei 2025. Mereka dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. Sebagian siswa ikut menjadi petugas upacara seperti pasukan pengibar bendera hingga melaksanakan defile bersama 11 pasukan elite TNI/ Polri di akhir acara di Lapangan Gasibu Kota Bandung. 

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |