Dua Tim Mahasiswa Arsitektur UI Raih Prestasi di Kompetisi Saint-Gobain

1 day ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Dua tim mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dari Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik meraih prestasi dalam ajang Architecture Student Contest (ASC) 2025, sebuah kompetisi desain arsitektur yang diselenggarakan oleh Saint-Gobain.

Dalam kompetisi tahunan yang diikuti lebih dari 1.300 mahasiswa dari 30 negara sejak tahun 2004 tersebut, tim mahasiswa UI meraih Juara 2 dan Juara 3.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim The Flux (Luqman Kamaludin, Vine Novia Pakpahan, Syahlaisa Afra Amani). Dok. Humas UI

Tim UI yang meraih Juara 2 terdiri atas Vine Novia Pakpahan, Syahlaisa Afra Amani, dan Luqman Kamaludin di bawah bimbingan Miktha Farid Alkadri. Mereka mengusung proyek bertajuk “The Flux”.

Proyek tersebut mengangkat konsep sirkularitas dalam arsitektur sebagai jembatan antara manusia, alam, dan budaya. Inovasi yang mencakup dua zona di Prancis ini meliputi revitalisasi bangunan lama di Chimilin sebagai pusat digital ramah lingkungan, serta pengembangan kompleks laboratorium dan asrama baru di Villefontaine. 

Syahlaisa, selaku perwakilan tim, mengatakan The Flux bukan sekadar proyek desain, melainkan narasi tentang bagaimana arsitektur bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. "Seluruh rancangan menggunakan strategi pasif, memanfaatkan material lokal, dan menerapkan prinsip desain peka air atau water-sensitive design," kata dia melalui keterangan tertulis, Sabtu, 31 Mei 2025. 

Desain Breaking Territory Through Terroir. Dok. Humas UI

Sementara itu, tim yang beranggotakan Zahari Syafi Arradhin, Valencia Yvonne, dan Kevin Suryawijaya meraih Juara 3 berkat proyek bertajuk “Breaking Territory Through Terroir”. Di bawah bimbingan Ova Chandra Dewi, inovasi ini mengeksplorasi konsep terroir, yang terbentuk dari iklim, ekologi, material lokal, dan tradisi, untuk menyatukan kawasan terfragmentasi. 

Studi kasus proyek ini berfokus pada wilayah Nord-Isère, Prancis, dengan menyatukan zona pedesaan Chimilin dan kawasan urban Les Grands Ateliers melalui integrasi jalur kereta cepat Lyon–Turin sebagai katalis pertukaran budaya dan ekologis. 

Zahari menyebut bahwa proyek ini adalah upaya untuk merancang arsitektur yang tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga mampu merespons konteks dan budaya lokal secara menyeluruh. “Terroir bukan hanya soal tempat, tetapi juga identitas, dan kami ingin menciptakan ruang yang dapat menjembatani batas-batas wilayah melalui pemahaman tersebut,” ujarnya.

Kedua inovasi ini menunjukkan kapasitas mahasiswa Arsitektur FTUI dalam menyelaraskan desain visioner dengan isu global keberlanjutan. Dengan tetap menjunjung tinggi nilai lokal dan sensitivitas kontekstual, gagasan desain ini berpotensi besar untuk diadaptasi dalam pembangunan gedung di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan iklim tropis dan urbanisasi yang pesat.

Tim Breaking Territory Through Terroir (Zahari Syafi Arradhin, Valencia Yvonne, dan Kevin Suryawijaya). Dok. Humas UI

Pendekatan terroir dalam memahami ekologi lokal, serta konsep sirkularitas dan strategi pasif dalam perancangan bangunan, selaras dengan kebutuhan arsitektur tropis yang hemat energi, adaptif terhadap lingkungan, serta berpihak pada kearifan lokal. Kedua proyek tersebut dapat menginspirasi pengembangan ruang-ruang publik dan bangunan multifungsi di Indonesia yang lebih berkelanjutan dan kontekstual.

Berkat inovasi tersebut, Dekan FTUI Kemas Ridwan Kurniawan, memberikan apresiasi kepada kedua tim atas prestasi yang diraih. Menurutnya, capaian ini adalah cerminan semangat inovasi, keberlanjutan, dan kecermatan dalam membaca konteks lokal yang terus ditanamkan. 

“Kemenangan ini bukan hanya kebanggaan bagi FTUI, melainkan juga kontribusi terhadap masa depan arsitektur yang berkelanjutan dan inklusif. Kami sangat mengapresiasi dedikasi dan kerja keras para mahasiswa dan dosen pembimbing. Prestasi ini memperkuat komitmen FTUI dalam melahirkan lulusan yang siap menghadapi tantangan global sekaligus mampu berkontribusi bagi pembangunan arsitektur berkelanjutan di Indonesia,” kata Kemas.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |