Draw the Line Telusuri Sumbu Filosofi di Yogyakarta, Desak Komitmen Iklim dari Presiden Prabowo

3 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagai bagian dari rangkaian aksi global, Climate Rangers Jogja berkolaborasi dengan 350 Indonesia, Trash Hero, Earth Hour, dan Pedestrian Jogja, menggelar kegiatan Draw the Line - Menelusuri Jejak Garis Imajiner dan Sumbu Filosofi, Sabtu (13/9/2025). Aksi ini melibatkan 50 peserta dari berbagai komunitas di Yogyakarta.

Mereka bergerak bersama dalam perjalanan menelusuri Garis Imajiner dari Merapi hingga Pantai Parangtritis dan juga menelusuri Sumbu Filosofi dari Tugu Pal Putih - Alun-alun Utara - Keraton Jogja - Alun-alun Selatan - Panggung Krapyak.

Koordinator Draw the line Jogja, Muhammad Raafi, mengatakan bahwa aksi ini bukan sekedar perjalanan fisik, melainkan refleksi spiritual dan politik. Aksi ini bukan hanya mengenai poros tata ruang kota, melainkan sebuah poros kosmologis yang merepresentasikan keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.

Setelah gelombang protes yang merebak dalam beberapa minggu terakhir mencerminkan akumulasi rasa ketidakadilan, kebijakan lahir di ruang tertutup, biaya hidup melonjak, dan ruang demokrasi makin menyempit, proyek-proyek besar terus mengorbankan kampung dan ruang hidup, sementara energi kotor masih dijadikan tulang punggung listrik nasional. Banyak yang menyebutkan bulan September sebagai bulan “Hitam” setelah beberapa kejadian buruk yang terjadi selama ini.

Aktivis Komunitas 350.org, Dian Paramita, mengatakan aksi ini adalah ajakan untuk mengambil kembali masa depan ke tangan rakyat. Momentum ini penting bagi masyarakat di seluruh dunia untuk bersatu menunjukkan kekuatan dan perlawanan dalam mendesak para pemimpin dunia agar segera melakukan tindakan tegas dan nyata bagi keadilan dunia.

Draw the Line hadir sebagai gerakan global—dari Amazon hingga Pasifik, dari aksi massa, mogok kerja, hingga intervensi seni—untuk menarik garis tegas melawan ketidakadilan, polusi, dan kekerasan, serta memperjuangkan masa depan yang damai, adil, dan bersih.

Digital Aktivis Climate Rangers Jogja, Ahmad, mengatakan bahwa ada tiga rangkaian dalam kegiatan Draw The Line di tanggal 6 September mengumpulkan berbagai komunitas dan seniman untuk mengajukan tuntutan-tuntutan dan nanti direpresentasikan melalui karya seni, 13 September menelusuri jejak sumbu filosofi, dan 19 - 23 September pameran karya seni.

“Jadi, Draw the Line sendiri itu sebuah gerakan global, di mana kalau sesuai namanya kita menggambar garis, nah garis tegas antara ketidakadilan dan juga keadilan. Nah untuk isu globalnya sendiri itu terutama untuk isu lingkungan dan juga isu iklim. Jadi, seperti kita tahu akhir-akhir ini kan kondisi bukan cuma Indonesia negara di global juga nggak baik-baik saja. Nah kita pengen garis tegas udah cukup sampai sini saja, kita kasih batasan,” ujarnya.

Melalui aksi Draw the Line Jogja ini, para aktivis iklim menuntut Presiden Prabowo membawa komitmen iklim yang lebih ambisius dalam pidatonya di PBB pada 23 September mendatang. Dalam tuntutan mereka, presiden didesak agar segera merealisasikan janjinya yaitu transisi 100 persen energi terbarukan pada 2035, dengan menuangkannya ke dalam Second Nationally Determined Contribution (SNDC) yang akan dikumpulkan pemerintah Indonesia pada tanggal 20 September minggu depan.

Nah untuk isu global seperti itu. Untuk isu nasional juga, terutama isu lokal. Makanya kita kemarin undang komunitas untuk tahu nih, isu komunitas lokal di Jogja apa saja,” ujar Ahmad, saat diwawancarai.

Selain itu, aksi ini juga menuntut presiden dan para pembuat kebijakan untuk segera mengesahkan RUU Keadilan Iklim dan RUU Masyarakat Adat, menghentikan kriminalisasi aktivis dan intimidasi terhadap masyarakat, serta memajaki para superkaya dan perusak lingkungan demi mendanai transisi energi bersih.

Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |