TEMPO.CO, Jakarta - Kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) sudah berulang kali terjadi. Hingga Mei 2025, setidaknya ada 1.315 siswa yang dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut.
Keracunan tersebar di berbagai daerah, seperti Bogor, Cianjur, Bandung, Sukoharjo, Bombana (Sulawesi Tenggara), Penukal Abab Lematang Ilir atau PALI (Sumatera Selatan), dan Sumba Timur. Lantas, apa saja penyebab keracunan MBG? Berikut beberapa di antaranya:
Bogor: Kontaminasi Salmonella dan E. coli di Bahan Baku
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjelaskan penyebab keracunan yang menimpa ratusan siswa di Bogor, Jawa Barat, dalam program MBG. Insiden keracunan tersebut dialami oleh 210 siswa per 11 Mei 2025.
Awalnya, Dadan mengatakan bahwa kejadian keracunan di Bogor adalah kasus baru. Berbeda dengan yang sempat terjadi di Cianjur atau daerah lainnya, gejala baru dirasakan sekitar satu hingga dua hari setelah siswa menyantap menu MBG.
“Jadi, terjadi slow reaction. Makannya Selasa, tapi reaksinya baru diketahui Rabu, Kamis, dan Jumat,” kata Dadan dalam jumpa pers di Gedung Ombudsman RI, Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.
Setelah dilakukan uji laboratorium pada sampel makanan, penyebab ratusan siswa taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) menderita keracunan di Bogor adalah kontaminasi bakteri Salmonella dan Escherichia coli (E. coli) dalam bahan baku yang diolah, seperti telur dan sayuran.
Cianjur: Ditemukan Tiga Bakteri di Ompreng
Kepolisian Resor (Polres) Cianjur, Jawa Barat, mengungkap hasil uji laboratorium tempat makan atau ompreng plastik yang digunakan untuk MBG. Berdasarkan uji laboratorium tersebut ditemukan beberapa jenis bakteri, tetapi belum bisa dipastikan apakah menjadi penyebab pasti keracunan.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Cianjur Ajun Komisaris Polisi (AKP) Tono Listianto mengatakan pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium untuk sampel makanan dan muntahan. Tujuannya agar memastikan penyebab pasti keracunan massal setelah menyantap MBG di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I dan Sekolah Menengah Pertama Persatuan Guru Republik Indonesia (SMP PGRI) I.
“Pada peristiwa keracunan massal ada dua sampel yang diuji, tempat makan dan sampel makanan, serta muntahan. Untuk ompreng diuji di Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) Cianjur, untuk sampel makanan dan muntahan diuji di Labkesda Provinsi Jabar,” ucap Tono di Cianjur, Rabu, 30 April 2025, seperti dikutip dari Antara.
Hasil uji laboratorium terhadap ompreng MBG menunjukkan adanya beberapa bakteri, yaitu Staphylococcus sp., E. coli, dan Salmonella sp. Kendati demikian, Polres Cianjur belum bisa menyimpulkan hasil uji laboratorium tersebut sebagai penyebab keracunan puluhan siswa.
Kabupaten PALI: Diduga Berasal dari Ikan Tongkol
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumatera Selatan mengambil sampel makanan untuk dikirim ke laboratorium guna mengetahui penyebab dugaan keracunan yang dialami oleh ratusan siswa di Kabupaten PALI. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi Sumatera Selatan Dedy Irawan mengatakan pihaknya mengambil 6-7 sampel makanan.
Dia menjelaskan sampel yang diambil berupa muntahan siswa, makanan yang dikonsumsi, makanan yang disimpan di dapur, serta sampel air untuk memasak dan pengelolaan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
“Sampel ini sudah dikirimkan ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM) Palembang. Untuk hasilnya baru ke luar sekitar lima hari ke depan. Namum, kami minta untuk dipercepat,” ujar Dedy di Palembang, Selasa, 6 Mei 2025.
Menurut dia, dugaan sementara penyebab keracunan MBG berasal dari menu ikan tongkol suwir. “Berdasarkan keterangan beberapa siswa, ikan tersebut terasa dan berbau aneh,” kata Dedy.
Bombana: Diduga Berasal dari Ayam Krispi
Belasan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 33 Kasipute, Bombana mengalami muntah-muntah setelah mencium aroma makanan MBG yang amis. Hidangan yang disajikan terdiri dari nasi, chicken karaage (ayam krispi), tahu goreng, serta sayur sop wortel dan sawi putih.
“Ada puluhan paket. Rupanya daging ayam krispi yang bau. Kami kumpulkan daging ayamnya untuk dikembalikan,” ucap Kepala SD Negeri 33 Kasipute Santi Jamal kepada Tempo, Kamis, 24 April 2025.
Pada kesempatan terpisah, Kapolres Bombana Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Wisnu Hadi mengungkap temuan 53 paket MBG yang tidak layak konsumsi. Pemeriksaan menemukan daging ayam karaage mengalami penurunan kualitas. Sedianya, daging ayam disimpan pada kotak pembeku untuk menjaga kualitas. Namun, dalam kasus itu, daging ayam ditempatkan di pendingin kulkas.
“Dari 1.206 paket, kami menemukan ada 53 paket MBG yang menunya tidak segar. Paket yang tidak ada keluhan,” ujar Wisnu ketika dihubungi, Kamis, 24 April 2025. “Pemeriksaan kami, paket MBG itu belum dikonsumsi. Jadi, murid-murid itu muntah, mual, pas mencium aroma daging ayam. Total ada 10 murid yang muntah-muntah.”
Sukoharjo: Kesalahan Pengolahan Ayam
Kepala BGN Dadan Hindayana menyebut adanya kesalahan teknis dalam pengolahan ayam pada menu MBG, yang diduga menyebabkan sejumlah siswa keracunan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. “Teknis pengolahan. Detailnya menyusul, ya,” kata Dadan di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025.
Adapun Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sukoharjo Kota Kunari Mahanani mengonfirmasi bahwa ayam yang disajikan kepada sejumlah siswa di SD Negeri Dukuh 03 Sukoharjo tidak matang sempurna. Hal tersebut juga diakui oleh Komando Distrik Militer (Kodim) 0726 Sukoharjo sebagai pengelola SPPG atau dapur MBG.