Cis Timor: Potensi EBT di NTT Besar, Pemanfaatannya Masih Rendah

3 days ago 11

TEMPO.CO, Jakarta - Circle of Imagine Society (Cis) Timor menduga stigma terhadap keterbatasan industri dan teknologi menjadi salah satu penyebab rendahnya kapasitas terpasang dan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Nusa Tenggara Timur (NTT). “Ketika stigma ini muncul, orang enggan melakukan inovasi atau kreativitas lain yang berhubungan dengan EBT atau pengembangan teknologi EBT,” kata Project Manager Cis Timor, Lusia CarNingsihh Bunga, dalam diskusi transisi energi NTT yang digelar di Hotel Lombok Raya, Mataram, Senin, 28 April 2025.

Ningsih—sapaan akrabnya—mengungkapkan NTT memiliki 10 jenis sumber EBT dengan total potensi mencapai 376.726 megawatt (MW). Potensi tersebut berasal dari panas bumi (1.775 MW), air (624 MW), mini dan mikrohidro (693 MW), biomassa (323 MW), biogas (42 MW), surya (337.590 MW), angin (29.588 MW), arus laut (300 MW), gelombang laut (50 MW), dan laut (5.335 MW).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, dari seluruh potensi tersebut, hanya empat jenis EBT yang memiliki kapasitas terpasang. Energi panas bumi memiliki kapasitas terpasang 12,5 MW dengan tingkat pemanfaatan sebesar 1,99 persen. Mini dan mikrohidro mencapai 5,2 MW dengan pemanfaatan 5,47 persen. Energi surya memiliki kapasitas terpasang 7,43 MW dan pemanfaatan 0,10 persen, sedangkan energi angin 3,1 MW dengan pemanfaatan 0,03 persen.

Ningsih mengaku tidak memiliki data keterpasangan dan tingkat pemanfaatan dari lima jenis EBT lainnya. “(Mungkin) memang ada tetapi data itu tidak terkumpulkan,” ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), namun mendapat penjelasan bahwa kementerian hanya menangani aspek teknis. Hal ini menyulitkan pengumpulan data kapasitas terpasang dan pemanfaatan EBT di daerah.

Selain itu, menurut Ningsih, data dari organisasi non-profit yang bergerak di sektor energi juga tidak bisa dijadikan rujukan karena proses pengumpulan data pemanfaatan EBT tidak berjalan baik. “Tantangan kami ada pada pengolahan data, penginputan data, atau pemilahan data,” katanya.

Secara nasional, Indonesia menargetkan bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Target ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Hingga akhir 2024, Kementerian ESDM mencatat bauran EBT nasional baru mencapai 14 persen—masih jauh dari target. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan ada peningkatan sebesar satu persen dari awal 2024. “Capaian bauran EBT kita sebelumnya 13,9 persen, sekarang sudah mencapai 14,1 persen,” ujar Eniya dalam seminar di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2025.

Namun, ia mengakui pemanfaatan EBT di Indonesia masih sangat terbatas. Tambahan satu persen pada 2024 setara dengan 872 MW, sementara total potensi EBT nasional diperkirakan mencapai 3,6 terawatt (TW). Artinya, sejauh ini baru dimanfaatkan sekitar 14,11 gigawatt (GW) atau hanya 0,38 persen dari total potensi.

Dani Aswara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
International | Nasional | Metropolitan | Kota | Sports | Lifestyle |